Lihat ke Halaman Asli

Identifikasi dan Implementasi Pusat Pertumbuhan

Diperbarui: 30 Oktober 2022   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam suatu kota atau wilayah terdapat pusat atau sub pusat yang menjadi orientasi dari seluruh bagian wilayah yang ada di kota tersebut. Pusat kota atau wilayah tersebut berfungsi sebagai pusat pertumbuhan kota. Pusat kota biasanya terletak di tengah-tengah atau di dalam inti kota tersebut. Pada dasarnya, harus diketahui lebih dulu mengenai apa itu pusat pertumbuhan? Sejatinya, pusat pertumbuhan adalah suatu unsur dari sebuah kota atau wilayah atau kawasan yang tumbuh dengan cepat terutama dari segi ekonomi daripada wilayah atau kawasan lain yang ada di sekelilingnya. Dengan adanya pusat pertumbuhan tersebut, diharapkan dapat memicu wilayah atau kawasan lain untuk bergerak cepat mengikuti pusat pertumbuhan tersebut.

Francis Perroux mendefinisikan teori pusat pertumbuhan sebagai pole croisanse atau pole de yaitu pusat pertumbuhan menjadi orientasi dari berbagai macam industri yang bertempat di pusat kota atau wilayah dan mendorong wilayah atau kawasan di sekelilingnya untuk maju mengikuti pertumbuhannya. 

Francis Perroux juga mengemukakan pendapat berupa “growth does not growth” yaitu pertumbuhan ekonomi cenderung terfokus pada wilayah atau kawasan tertentu dengan dukungan keuntungan aglomerasi yang muncul akibat kegiatan ekonomi terfokus tersebut. Hal tersebut akan mempengaruhi pembangunan ekonomi nasional karena adanya peningkatan efisiensi ekonomi dalam pusat pertumbuhan tersebut. Berdasarkan teori lain yang dikemukakan oleh Hirschman, pertumbuhan wilayah dipengaruhi oleh berbagai bentuk kemajuan di satu titik yang akan mendorong pertumbuhan pada titik-titik lain disekitarnya. 

Menurut Myrdal, pertumbuhan ekonomi bergantung pada wilayah atau Kawasan yang kaya akan sumber daya alamnya. Melalui pertumbuhan tersebut, akan muncul efek sebar dan efek serap terhadap wilayah lain dibelakangnya. Sedangkan Boudville menyatakan bahwa setiap wilayah memiliki perbedaan ekonomi yang disebabkan oleh aspek historis dan potensi sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut.

Dalam menentukan pusat pertumbuhan, terdapat beberapa konsep yang mendasari adanya pusat pertumbuhan. Konsep pertama, yaitu konsep “Leading Industries” merupakan konsep untuk menentukan unit-unit ekonomi seperti apa yang mendominasi dalam suatu wilayah atau kawasan. 

Unit-unit tersebut berupa berbagai jenis industri yang cepat dan mudah berkembang, memiliki inovasi tinggi, mempunyai teknologi maju sehingga bisa memenuhi permintaan daerah-daerah disekitarnya dan dijual ke pasar nasional, serta mempunyai hubungan yang kuat antara sektor satu dengan sektor lainnya baik dari dalam wilayahnya sendiri maupun terhadao wilayah lain sehingga mampu mendorong pertumbuhan wilayah atau kawasan lain disekitarnya. 

Konsep kedua, yaitu konsep polarisasi merupakan pengertian dari adanya unit-unit ekonomi yang mendominasi di pusat pertumbuhan akan membentuk diri menjadi kutub-kutub pertumbuhan. Konsep ketiga, yaitu konsep “spread effect” bahwa kualitas yang dimunculkan oleh kutub-kutub pertumbuhan akan menyebar ke wilayah-wilayah atau kawasan-kawasan lain disekitarnya sehingga akan memunculkan hubungan dan keterkaitan yang harmonis. Dengan kata lain, kutub-kutub tersebut menjadi pemicu tumbuhnya wilayah atau kawasan sekitar dengan saling memenuhi bahan baku dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Dengan menentukan pusat pertumbuhan, maka dapat menjadi dasar dalam perumusan perencanaan pembangunan daerah.

Sebagai contoh, Kota Semarang merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah dan termasuk kota terbesar kelima di Indonesia. Semarang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dibuktikan dengan adanya laju pertumbuhan yang meningkat sebesar 0,1 persen dari tahun 2015 sampai tahun 2016. 

Sektor Banyumanik-Tembalang menjadi penyumbang pertumbuhan yang spesifik terhadap perbedaan pusat aktivitas dan kumpulan pusat lain. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sarana prasarana yang mendukung dan mendorong pertumbuhan serta minat investasi pada kawasan tersebut. Pertumbuhan tersebut ditandai dengan adanya permukiman yang tumbuh dengan cepat, terbentuknya pusat-pusat perekonomian baru, dan dibangunnya gedung-gedung pencakar langit. Perkembangan tersebut tidak lepas dari campur tangan pemerintah Kota Semarang dengan memindahkan Universitas Diponegoro dari Pleburan ke Tembalang untuk memeratakan persebaran penduduk. Selain Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Negeri Semarang (UNNES) juga ikut dipindah kan dari Kelud Raya ke Gunung Pati dengan tujuan yang sama.

Kota Semarang juga menjadi pusat pemerintahan untuk Provinsi Jawa Tengah dengan adanya berbagai jenis pusat pemerintahan seperti Kantor Bupati, Kantor Kepolisian Daerah (Kapolda), dan masih banyak lagi. Selain sebagai pusat pemerintahan, Semarang juga menjadi pusat perdagangan dan bisnis yang masuk dalam KSN (Kawasan Strategis Nasional). 

Sektor yang mendominasi di Kota Semarang adalah sektor perindustrian dan dan sektor perdagangan. Semarang terus mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi ditandai dengan adanya menurunnya angka pengangguran, meningkatnya jumlah migrasi, dan semaraknya pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang paling menonjol ditunjukkan dengan adanya 50 gedung dengan ketinggian inimal 12 lantai dan 85 gedung dengan ketinggian dibawah 12 lantai. Gedung-gedung pencakar langit ini difungsikan sebagai tempat penyediaan layanan jasa seperti hotel, apartemen, dan perkantoran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline