Lihat ke Halaman Asli

Kota Besar sebagai Pusat dari Berbagai Aspek

Diperbarui: 2 November 2021   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Negara merupakan suatu wilayah besar yang mencakup seluruh wilayah kecil dibawahnya, serta memiliki aturan-aturan yang berpusat pada intinya. Umumnya, Negara membawahi cakupan wilayah berupa Provinsi, kemudian Provinsi membawahi wilayah Kabupaten atau Kota, kemudian Kecamatan, lalu Kelurahan atau Desa yang menjadi bawahan dari Kecamatan itu sendiri. Pada sistem pemerintahan demokrasi, Negara dipimpin oleh seorang Presiden dan Wakil Presiden serta jajaran Menteri yang membantu sistem pemerintahan. Provinsi dipimpin oleh seorang Gubernur, kemudian Kabupaten atau Kota dipimpin oleh seorang Bupati, Kecamatan yang dipimpin oleh seorang Camat, serta seorang Lurah yang memimpin sebuah Kelurahan.

Provinsi sebagai cakupan wilayah terluas setelah Negara memiliki peran penting dalam pembangunan seluruh komponen yang ada didalamnya. Begitu pula Kota atau Kabupaten hingga Desa atau Kelurahan, memiliki peranan penting yang sama yang lebih spesifik. Lantas, apa yang membedakan Kota dan Kabupaten padahal posisi keduanya terlampau sama?. Yang membedakan adalah terdapat Kecamatan dan Kelurahan yang menjadi unsur suatu Kota, sedangkan unsur dari suatu Kabupaten terdapat Desa atau Kampung.

Kota merupakan pusat permukiman dari suatu provinsi yang memiliki aturan-aturan serta pedoman dalam pelaksanaan pemerintahannya. Sedangkan, menurut buku Eco Cities yang diciptakan oleh Hiroaki Suzuki, Kota merupakan suatu tempat dimana penghuninya bisa menempati seluruh elemen pasar lokal. Suatu Kota bisa dikatakan sebuah 'kota' apabila memiliki ciri-ciri berupa daerah terbuka sebagai paru-paru kota, memiliki gedung pemerintahan, perkantoran, dan hiburan, sarana olahraga, alun-alun, serta kompleks hunian. Kota juga terbagi dalam berbagai klasifikasi seperti Kota Kecil, Sedang, Besar, Metropolitan, dan Megapolitan. Masyarakat kota umumnya memiliki hubungan sosial yang mungkin menurut sebagian besar penduduk adalah individualis serta memiliki pandangan yang rasionalis.

Terlepas dari pengertian sebuah Kota, Kota juga memiliki beberapa fungsi sesuai Undang-Undang No.22 Tahun 1999 berupa sebagai pusat pemerintahan yang membutuhkan aparat dalam pelayanan kepada masyarakat untuk sebuah perkembangan Kota itu sendiri. Kemudian terdapat fungsi berupa sebagai pusat pendidikan dimana Kota menjadi pimpinan serta contoh bagi ruang lingkup dibawahnya dalam peradaban sebuah pendidikan. Kota sebagai pusat informasi juga fungsi yang tentunya untuk memproduksi informasi yang aktual dan cepat dalam sebuah pembangunan.

Kota juga merupakan pusat perdagangan dimana proses perdagangan sebagian besar terjadi disana.

Dari fungsi-fungsi yang sudah disebutkan, kota memiliki permasalahan-permasalahan yang tidak luput dalam pandangan. Umumnya, di kota-kota besar seperti Jakarta, banyak terjadi kemacetan yang timbul karena banyaknya kendaraan yang beroperasi. Kemacetan ini menyebabkan waktu yang ada terbuang percuma, bahan bakar yang terbakar sia-sia, serta gas buangan dari knalpot yang mempengaruhi polusi udara. Pembangunan jalan tol pun hanya mengurangi sedikit presentase kemacetan yang ada. Ditambah banyaknya pedagang kaki lima yang membuka stand mereka di pinggir jalan yang membuat kemacetan bertambah parah.

Jakarta rawan banjir. Sebuah pernyataan yang menjadi alasan mengapa Ibukota Indonesia akan segera berpindah ke Kalimantan. Ya, Jakarta memang rawan banjir. Mengapa? Dengan populasi manusia yang sangat banyak, Jakarta tentu akan membangun tempat-tempat hunian bagi masyarakatnya. Karena hal itu, Jakarta hampir tidak memiliki ruang terbuka hijau yang menjadi fungsi penyerapan air dikala hujan, penyerapan pembuangan gas-gas knalpot oleh pohon-pohon yang juga memberikan pasokan udara segar bagi yang menghirupnya. Banjir di Jakarta tidak hanya dipelopori oleh banyaknya gedung pencakar langit tetapi juga pembangunan jalan yang semakin maju. Lahan-lahan kosong yang diubah menjadi jalanan beraspal yang tidak bisa menyerap air membuat air menggenang sehingga terjadi banjir yang hampir tiap tahun tidak berhenti.

Selain banjir, permasalahan lain yang muncul adalah terdapat banyak lingkungan kumuh di Jakarta yang membuat masyarakatnya hidup berdampingan dengan sampah yang tentunya membuat tingkat kesehatan menjadi rendah. 

Banyak masyarakat yang menjadi rentan terhadap penyakit seperti demam berdarah dan diare. Lingkungan kumuh yang muncul adalah salah satu dampak dari biaya hidup yang mahal yang membuat masyarakat sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Kurangnya pengolahan sampah yang efisien, membuat lingkungan kumuh dipenuhi sampah menggunung.

Terlepas dari permasalahan-permasalahan yang ada, pemindahan Ibukota tentunya memiliki resiko-resiko yang harus siap ditanggung. Salah satunya, permasalahan ekonomi. Mengapa permasalahan ekonomi di suatu kota muncul? Karena dengan banyaknya tingkat populasi manusia yang ada di suatu kota, membuat kebutuhan lapangan kerja meningkat sedangkan penyedia lapangan kerja minim adanya. Apa yang menjadi penyebab minimnya lapangan kerja? Salah satunya adalah ketidakberhasilan sektor industri karena suatu pola investasi. Faktor lain adalah kurangnya kreatifitas dalam penciptaan lapangan kerja.

Lalu, apakah ada solusi yang bisa diaplikasikan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut? Salah satunya adalah dengan menjalakan upaya-upaya pemerintah yang baik dalam proses pembangunan kota.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline