Lihat ke Halaman Asli

Pembahasan PPnBM (Pajak Penambahan Nilai Barang Mewah) Kelompok 6

Diperbarui: 15 Juni 2022   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Assalamualaikum wr.wb,
Kami dari kelompok 6 Perpajakan 2 Kelas 04SAKM001 Universitas Pamulang dengan anggota: Marbella Sanira (201011201197), Maria Lucyane (201011200163) dan  Meiliana Abdiputri (201011200895). 

Guna untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perpajakan 2, kami akan menjelaskan opini dari kelompok kami mengenai PPnBM dan peraturan terbaru terkait PPnBM dengan tarif PPN sebesar 11%

Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan atas barang mewah selain PPN. PPnBM bertujuan untuk melakukan keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dan konsumen berpenghasilan tinggi, serta pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena Pajak yang tergolong mewah. 

Selain itu hal ini dilakukan untuk melakukan pengendalian sifat konsumsi atas kepemilikan barang mewah, serta mengamankan penerimaan negara. Tujuan ini dituangkan dalam pasal 5 (1) UU PPN No. 42 tahun 2009.

Secara umum, tarif PPnBM dibagi menjadi dua, yakni:
1.Tarif PPnBM kendaraan bermotor (PMK Nomor 33/PMK.010/2017)
2.Tarif PPnBM non kendaraan bermotor (PMK Nomor 35/PMK.010/2017)
 
Namun, terkait dengan penentuan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk tarif PPnBM kendaraan bermotor serta jenis Barang Kena Pajak yang tidak dikenakan tarif PPnBM serta barang yang diberi fasilitas pembebasan tarif PPnBM diatur dalam PMK Nomor 64/PMK.011/2014.

Berikut contoh soal perhitungan PPnBM :

Cara menghitung PPnBM dengan tarif PPN terbaru
PPnBM = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak
Contoh :
PKP ABC sebagai pabrikan menyerahkan barang hasil produksinya dengan harga jual Rp. 10.000.000 Barang tersebut merupakan BKP yang tergolong mewah dengan tarif PPnBM sebesar 40%. Perhitungan pajak yang harus dipungut adalah sebagai berikut :
PPN =  10% x Rp.10.000.000 = Rp. 1.000.000
Jika menggunakan PPN dengan tarif terbaru
PPN = 11% x Rp. 10.000.000 = Rp. 1.100.000
PPnBM = 40% x Rp. 10.000.000 = Rp. 4.000.000


Contoh 2 :
Contoh soal untuk PKP JKP omzetkurang<1.8M


PT Sayap Mas adalah PKP di bidangjasaarsitektur,  dan memilih menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan untuk menghitung PPN yang harus disetor. Tahun 2010 omzet PT Sayap Mas adalah Rp 1.650.000.000. Hitung berapa PPN yang harus disetor PT Sayap Mas Januari 2011 jika omzetnya Rp 150.000.000!
Penyelesaian :
                Omzet / DPP                      = Rp. 150.000.000 (omzet Januari 2011)
                Pajak Keluaran                  = Rp.   15.000.000 (PPN Keluaran 10% x Rp. 150jt)
                Pajak Masukan                 = Rp.     9.000.000 (PPN Masukan 60% x Rp. 15jt)
                PPN Terutang                    = Rp.     6.000.000 (Pajak keluaran -- pajakmasukan)


Contoh soal untuk PKP BKP omzet kurang<1.8M :


PT Garuda Lain adalah PKP di bidang penjualan baju bekas, dan memilih menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan untuk menghitung PPN yang harus disetor. Tahun 2010 omzet PT Garuda Lain adalah Rp 1.700.000.000. Hitung berapa PPN yang harus disetor PT Garuda Lain Januari 2011 jika omzetnya Rp 210.000.000!
Penyelesaian :
                Omzet / DPP                      = Rp.210.000.000 (omzet Januari 2011)
                Pajak Keluaran                 = Rp.   21.000.000 (PPN Keluaran 10% x Rp. 210jt)
                Pajak Masukan                 = Rp.    14.700.000 (PPN Masukan70% x Rp. 21jt)
                PPN Terutang                   = Rp.     6.300.000 (Pajak keluaran -- pajak masukan)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline