Lihat ke Halaman Asli

Belajar Kuat dari Midah

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13032724061752283213

" Tak ada orang yang dengan sejujur hati mencintai daku. Dan waktu aku mencintai, cinta itu hanya disambut dengan ucapan bermain-main..." ( hal. 83 ) Judul Buku : Midah, Si Manis Bergigi Emas Pengarang : Pramoedya Ananta Toer Penerbit : Lentera Dipantara [caption id="attachment_102750" align="alignleft" width="300" caption="cover buku"][/caption] Mengambil tokoh sentrum seorang perempuan, Pramoedya Ananta Toer lagi-lagi memikat kita dengan cerita si Midah seorang gadis dari keluarga terpandang dan religius yang keras dalam menapaki hidup. Midah sejak kecil tumbuh dengan kasih sayang ayahnya yang alim bernama Haji Abdul. Ia dan ayahnya selalu mendengarkan lagu-lagu Umi Kalsum dari piringan hitam yang lambat laun membantu Midah menemukan talentanya, menyanyi. Kebahagiaan Midah sebagai anak Haji Abdul berubah drastis setelah ibunya melahirkan anak laki-laki yang didambakan ayahnya. Midah dilupakan. Ia akhirnya tumbuh dalam gugatannya sebagai anak yang kehilangan kasih sayang ayah bahkan ibunya yang tunduk pada "apa kata suami". Saat remaja, Midah dinikahkan dengan Haji Terbus yang ternyata sudah memiliki banyak istri. Untuk mencari jati diri, Midah memutuskan lari dari suaminya dalam keadaan hamil. Di antara keengganannya kembali ke rumah orang tua apalagi suaminya, ia bergabung bersama kelompok keroncong jalanan. Dengan wajah manis, gigi emas, dan suaranya yang merdu ia menyanyi bagi orang-orang di tempat-tempat umum. Namun sejatinya, nyanyian Midah adalah pelipur bagi hatinya sendiri. Pram selalu mengajak kita menyelami kehidupan perempuan. Dengan setting era tahun 1950-an, kita akan diajak melihat kehidupan orang-orang urban yang ada di Jakarta. Bagaimana prestise seseorang yang berasal dari kampung dan kemudian sukses di ibu kota bisa membuat kealiman menjadi kezaliman. Kita juga akan diajak merasakan perjuangan seorang perempuan yang kuat dalam menjalani hidupnya. Di antara kebimbangan dan kesepiannya, Midah akhirnya menemukan cinta pada sosok Ahmad, seorang polisi yang menaruh hati padanya. Namun, tentu saja kehidupan perempuan tidak pernah mudah. Selalu penuh dengan lika-liku apalagi kalau menyangkut urusan percintaan. Tokoh Midah memberi pelajaran bagi perempuan untuk tangguh. Melalui Midah, Pram membuatmu mengetahui bagaimana seorang perempuan muda yang tengah hamil hidup di jalanan, bernyanyi dari satu tempat ke tempat lain, dan menangkis rongrongan pria-pria yang terpesona dengan kecantikannya. Kemudian, ia jatuh cinta kepada seorang laki-laki yang mampu membuatnya menyerahkan apa saja bahkan dirinya sendiri lalu merasakan sakit hati ketika pria itu ternyata hanya menghargai hubungan cinta itu selayaknya penagih utang kepada yang diutanginya. Bagaimana kuatnya Midah menghadapi suara-suara sumbang dari masyarakat yang menyeretnya pada norma-norma kesusilaan. Seperti biasa Pram mampu menarik kita ke dalam tokoh-tokoh novelnya. Hingga kita pun dapat merasakan kesedihan bahkan kekuatan yang lahir dari sang tokoh utama. Dengan bahasa yang halus tapi menusuk, Pram sukses membuat kita hanyut dalam kehidupan Midah si Manis bergigi emas ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline