Lihat ke Halaman Asli

Itawaka Panggil Pulang

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1294068957402764395

Natal selalu punya cerita sendiri bagi orang-orang yang merayakannya. Ada yang diwarnai dengan sukacita dan ada pula diwarnai dengan dukacita. Apapun kondisinya, semuanya merujuk kepada satu tujuan, satu nama yaitu Yesus Kristus. Natal bukan sekedar tentang pohon natal, kado-kado, baju baru, atau makanan lezat. Natal bukan tentang pesta ber-budget puluhan juta atau ibadah dengan artis terkenal sebagai pengisi acaranya. Natal adalalah pengingat bahwa Yesus Kristus, Juruselamat kita telah lahir dan pengharapan kita pada-Nya semakin bertumbuh. Dan disinilah saya, menjajaki setiap inci anak tangga menuju hari Natal dengan kembali menapak tilas jejak leluhur –leluhur saya. Mengenal kebudayaan tanah nenek moyang dan berkumpul dengan keluarga besar. Suatu momen yang sangat berkesan untuk seorang individu yang terbiasa sendiri. Keramaian menjadi hal yang ganjil untuk dikecup namun semakin manis bila dihirup lebih lama. [caption id="attachment_83136" align="aligncenter" width="300" caption="suasana adu belang perahu di itawaka ( photo : Meike )"][/caption] Itawaka. Jangan terjebak dengan namanya yang ke-Jepang-Jepangan. Itawaka berasal dari kata Titawaka yang berarti Titah atau Perintah. Itawaka bukan di Jepang. Ia adalah nama sebuah negeri di Pulau Saparua, Maluku Tengah. Letaknya paling ujung dari rangkaian negeri di pulau yang terkenal sebagai tempat perang yang dipimpin oleh Thomas Matulessy atau yang lebih terkenal dengan nama Kapitan Pattimura. Daerah ini lebih dikenal dengan sebutan Leilisal. Dari etomologinya, Leilisal berasal dari kata lei yang berarti lewat dan lisal yang berarti musuh atau rintangan, jadi Leilisal berarti “ Lewat Semua Musuh “. Nama Leilisal inilah penanda bagi kami anak cucuk negeri Itawaka. Sudah menjadi tradisi jika setiap negeri yang ada di Maluku sering membuat perayaan Natal sedunia. Mengapa disebut sedunia ? Karena anak-cucu yang merantau dari setiap negeri ada dimana-mana. Bukan hanya tersebar di seluruh Indonesia tapi juga sampai ke manca negara, khususnya di negeri Belanda, mengingat banyak sekali orang Maluku disana. Itawaka pun membuat acara serupa. Tanggal 29 Desember 2010, perayaan Natal sedunia Itawaka diselenggarakan di Ewang, Itawaka. Banyak orang-orang Itawaka yang datang dari penjuru daerah untuk menghadiri perayaan ini. Mulai dari Ambon, Jakarta, Papua, Makassar, sampai Belanda. Ibadah Natal yang juga dirangkaikan dengan perayaan ini dihadiri pula oleh Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu dan segenap lapisan pejabat seperti Sekretaris DPRD Maluku, Semmy Engko, Anggota DPR-RI, Sonny Waplau, Ketua DPD Gerindra, Hendrik Lewerissa, Kepala Dinas Pertambangan Maluku, Bram Tomasoa, juga Ketua Sinode GPM, Pdt. J. Chr. Ruhulessin . Ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Ferry Nahusona, S.Th ini mengambil tema “ Dalam satu iman, satu gandong yang aman, damai sejahtera” dan sub tema : “Terciptanya kualitas kerukunan anak Itawaka sedunia”. Perayaan Natal ini juga diisi dengan paduan suara dari anak-anak Leilisal yang berasal dari Itawaka, Masohi, dan Jakarta. [caption id="attachment_83137" align="aligncenter" width="300" caption="suasana sebelum perayaan natal dimulai di Ewang ( photo : Meike )"]

1294069358662322288

[/caption] [caption id="attachment_83138" align="aligncenter" width="300" caption="Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu dan Sekwan DPRD Maluku, Semmy Engko ( photo : Meike )"]

1294069630206585851

[/caption] [caption id="attachment_83144" align="aligncenter" width="300" caption="Paduan Suara Massal menyanyikan lagu "]

12940706261320800674

[/caption] Sebagai rangkaian Perayaan Natal Sedunia Itawaka juga diadakan Penghijauan Untuk Air Potang-Potang oleh alumni SD Itawaka angakatan 1982 yang dikoordinasi oleh Johan Lewerissa. Penghijauan ini juga melibatkan masyarakat setempat serta partisipasi dari anak-cucu yang datang untuk merayakan Natal. [caption id="attachment_83139" align="aligncenter" width="300" caption="Johan Lewerissa saat akan menanam pohon ( photo : Meike )"]

1294069648118104734

[/caption] [caption id="attachment_83140" align="aligncenter" width="300" caption="Alumni SD Itawaka angk.82 ( photo : Meike )"]

1294070154148761888

[/caption] Lewat perayaan Natal ini, saya pun mengenal kebudayaan yang ada di tanah leluhur sendiri. Mulai dari Belang Perahu ( lomba dayung perahu ), makan patita di tanjung Namal, dan merasakan sensasi kebersamaan sebagai satu keluarga dari Leilisal. Semuanya memiliki nilai yang tak bisa dinominalkan dengan materi apapun. [caption id="attachment_83141" align="aligncenter" width="300" caption="Panggayo anak Itawaka dari Jakarta ( photo : Meike )"]

12940704991999941691

[/caption] [caption id="attachment_83142" align="aligncenter" width="300" caption="badonci sehabis adu belang perahu ( photo : Meike )"]

1294070395608083328

[/caption] [caption id="attachment_83143" align="aligncenter" width="300" caption="suasana saat makan patita di Tanjung Namal ( photo : Meike )"]

12940707891627811131

[/caption]



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline