(Bag. 2: Stef menanti Mei untuk makan malam bersama. Gadis Indonesia yang menjadi alasan baginya untuk datang berkunjung tiga tahun berturut-turut ke negeri gadis itu)
Senyum Stef sumringah melihat Mei datang. Lelaki berambut pirang gelap itu berdiri menyambut sang gadis. Seorang yang selalu hadir dalam mimpinya. Mei tersenyum ke arahnya. Betapa Stef harus menahan diri untuk tidak menarik gadis itu dalam pelukannya.
"Hai, semoga aku tidak membuatmu menunggu," Mei membuka percakapan.
"Sudah sekitar setengah jam tapi itu sengaja ku lakukan."
Jawaban Stef membuat Mei tersenyum.
Setelah mengambil tempat di kursi yang di sorongkan Stef untuknya, Mei memperhatikan lelaki di depannya.
"Dibawah lampu bercahaya hangat, kulitmu terlihat lebih merah-kecoklatan. Kalau kamu pulang Jerman, orang pasti langsung tahu bahwa kamu baru habis berlibur di bawah pohon kelapa."
Apa yang dikatakan Mei, selalu membetahkan Stef.
"Eh, tentang liburanmu. Papiku bilang di kampungnya dulu sering terlihat hiu, apa benar begitu?" tanya Mei.
"Tapi itu bukan hiu galak. Hiu jinak,"lanjutnya.