Lihat ke Halaman Asli

My_idea (Meidya Putri)

menulis untuk berbagi opini, Ilmu, pengalaman, pemikiran dan apa saja yang bermanfaat untuk kebaikan.

Alami "Sering Lupa", Kondisi Jiwa Terganggu?

Diperbarui: 10 Oktober 2022   09:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kondisi "lupa" pada umumnya pernah dialami setiap orang. Hal ini terjadi mungkin disebabkan oleh kurangnya konsetrasi dalam melakukan sesuatu. Akan tetapi jika kondisi lupa yang terlalu sering apakah pertanda buruk? Apakah kondisi tersebut bisa diakibatkan oleh trauma pasca mengalami depresi yang hebat? atau sering lupa menunjukkan kondisi jiwa seseorang terganggu? 

Beberapa yang sering saya alami terkait dengan kurangnya kemampuan mengingat atau sering lupa diantaranya lupa dimana saya menyimpan kunci rumah, padahal baru 30 menit sebelumnya saya lakukan. bahkan, dalam kurun waktu 10 menit, saya tiba tiba blank dan tak mampu mengingat sesuatu hal yang akan saya lakukan. 

Pernah, saya memulai menyetrika pakaian, kemudian ingat bahwa saya sebelum itu sedang menyapu halaman. Namun karena beralih ke aktivitas lain yang mendesak, akhirnya pekerjaan itu tidak terselesaikan. ingatnya ketika kembali melihat kondisi pekerjaan yang sebelumnya ditinggalkan. 

Bahkan, saya sering mengalami kontra instruksi dalam sebuah sikap. Misalnya saya memilih untuk melakukan sesuatu dengan cara A, namun tiba tiba saja saya memutuskan dengan cara B. saya mengalami ketidak konsistenan dalam melakukan beberapa aktivitas. Semua itu membuat saya sadar kesehatan jiwa saya berbeda pasca mengalami depresi. 

Begini ceritanya 3 tahun lalu, qadarullah saya menjadi korban scammer dengan kerugian sangat besar. Secara mental, ketika itu tidak hanya mengalami penurunan kesehatan secara fisik, namun benar-benar mengalami depresi. Sejak saat itu, saya terus memikirkan kerugian dan cara mengganti uang keluarga yang saya korbankan untuk scammer. 

Sampai sekarang saya pun masih belum mampu mengembalikan aset saudara yang terpaksa dikorbankan untuk membantu saya. Beban bathin terus saya alami saat berjumpa dengan saudara. sering melupakan hal hal kecil dalam keseharian akibat pikiran terus dihantui perasaan bersalah dan bagaimana cara mengembalikan aset secepatnya. 

Saya mengklaim bahwa saya sudah pulih dari depresi, sudah lebih mengingat bahwa semua yang terjadi adalah atas kehendak dan ketentuan dari Allah. Semua ini ujian dan saya bersyukur dengan tragedi itu saya menjadi lebih tawadhu dan mengingat Allah, tuhan yang maha segala-galanya. 

Namun, apakah sering lupa dan beberapa kondisi " lupa"  yang saya alami berulang itu masih wajar? benarkah tak ada kaitannya dengan kejiwaan? apakah dampak dari dari sebuah tragedi terhadap kesehatan jiwa bisa berlangsung bertahun-tahun? apakah kondisi sadar kesehatan jiwa baik baik saja, tapi merasa ada beban bathin setiap bertemu saudara? 

Merasa sikap dan kehangatan saudara menjadi berkurang ke saya akibat asetnya belum saya kembalikan, termasuk sikap baper saja? atau memang pertanda mental saya sedang tak baik-baik saja? Saya tak berani mendatangi psikolog untuk konsultasi karena ketidaksiapan saya menceritakan tragedi menyedihkan itu. Bahkan dalam artikel ini mungkin anda juga akan menyadari kondisi yang saya ceritakan justru juga terjadi dalam penulisan artikel ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline