Tentang kepergian, seperti biasa, kau menyampaikan salam, mengecup mesra kening kekasih hatimu, lalu dia berkata: "Hati-hati di jalan." Engkau pun pergi, meninggalkan seberkas senyum penuh harapan, bergegas melangkahkan kaki, penuh sejuta semangat. Engkau biasanya, pergi untuk sebuah juang jejak kebajikan.
Tapi kepergianmu kini sungguh beda. Tak sempat kau memberikan kecupan, apalagi pesan. Tak ada langkah kaki yang penuh semangat mengejar impian. Engkau sedang berjuang melawan sakit di ragamu, lalu tetiba memejamkan mata, terbaring kaku, tanpa tarikan nafas, apalagi seuntai kata. Engkau pergi meninggalkan kefanaan dunia.
Kenangan. Kini hanya tersisa kenangan. Di situlah engkau bicara. Dalam kenangan terukir sejumlah pesan penuh harapan. Tentang ketulusan cinta, tentang semangat juang, tentang pengabdian, dan tentang kebersamaan. Tentang jejak kebajikan dalam kelemahan insani.
Harapan. Yah, kenangan tentangmu melahirkan harapan. Engkau telah berjuang, mengukir jejak kebajikan, memelihara imanmu. Engkau menaburkan benih harapan tentang suatu negeri di seberang sana yang penuh kedamaian. Di sanalah kita akan berjumpa. Dalam keabadian, dalam kekekalan, tanpa ada kepergian dan perpisahan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H