Lihat ke Halaman Asli

Meidy Y. Tinangon

Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

Sang Fana dan Perpisahan

Diperbarui: 7 Februari 2022   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bersyukur dalam dukacita" (MYT)

Semua tahu. Manusia fana. Tetapi meskipun semua tahu tentang kefanaan, siapa yang takkan bersedih ketika memandang mereka yang kita cintai terbaring kaku, tanpa nafas, tanpa suara, tanpa sepatah kata?

Semua sadar. Hidup hanya sementara. Tetapi semua tak berdaya ketika kesementaraan itu mencapai garis akhir. Mencapai sebuah titik yang memisahkan. Dan kita tak bisa menyalahkan perjumpaan.

Semua tahu. Tentang kuasa terhadap kehidupan. Bahwa nafas hidup adalah milikNya. Dari antara milyaran benih-benih. Kitalah yang mendapat hembusan nafas Sang Pencipta. 

Semua tahu itu semua. Tapi kita tak bisa menahan isak tangis. Biarlah. Biarlah air mata membasahi bumi. Supaya bumi tahu kita masih manusia yang punya cinta, dan merindukan momen-momen kebersamaan dengan mereka yang kita cintai. 

Semua tak kuasa melawan pengaturan Sang Maha Kuasa. Lalu, dengan apakah kita akan mampu tersenyum menghadapi perpisahan? 

Syukurilah hari-hari kemarin. Syukurilah perjumpaan itu. Bukankah perjumpaan itu penuh cinta, karya dan makna? Syukurilah, karena sesungguhnya hidup adalah cinta kasih, karya dan makna.

====

(Untuk para sahabat yang hari ini merasa kehilangan, berpisah dengan orang dikasihi)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline