Desember, kita akhirnya jumpa lagi. Seperti biasa, engkau hadir dengan wajah mendung lalu menghujani bumi yang kering. Yang kehilangan jutaan mata air, yang telah menjelma menjadi air mata, yang siap tercurah dikala sang hujan lelah mencari rumahnya yang hilang di bawah tanah.
Desember, kita berjumpa lagi. Masih seperti tahun kemarin. Aku menyambutmu berbalut masker. Pandemi masih menjadi hantu yang menakutkan. Ah, semoga angin Desember meniup segala varian menjauhi planet kami. Semoga hujan yang kau bawa menghanyutkan gelisah dan kecemasan kepada pandemi.
Desember, kita berjumpa lagi. Seperti perjumpaan kita setiap tahun. Kau bawa angin sukacita dalam sebuah masa penantian. Udara sejuk pengharapan kepada sebuah masa depan. Sebuah perayaan tentang hari kelahiran Juru Selamat kini telah bergema. Angin Desember pun bertanya: "Adakah perayaanmu membawa perubahan? Adakah kasih dan damai di hatimu"
Ah, Desember. Engkau selalu hadir dan menjadi pengingat. Bulan terakhir yang membawa cermin. Kepada diri yang lelah bercermin. Kepada dunia yang terombang-ambing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H