Bumi. Dua puluh sembilan tahun depan. Tahun dua ribu lima puluh. Entah seperti apa wajahanya.
Mungkin, semakin sesak oleh lautan manusia. Natalitas millyar jiwa. Perumahan pun beranak-pinak. Memakan hutan adat hingga hutan kota.
Apa yang kau sebut kemajuan akan melaju menggeser padi. Di sawah dan ladang, yang saat itu berganti beton-beton mati, atau rumah-rumah mesin dengan asap-asap beracun.
Saat itu, jika umurmu panjang. Berdiri di antara barisan lansia. Menikmati masa tua di udara berlimpah polutan. Saat bumi kehilangan paru-paru, bernama hutan.
Lautan bermuka tebal dengan make up minyak dan polutan. Ikan-ikan berdaging merkuri kiriman tambang emas di gunung yang diratakan.
Saat itu, di udara, selubung gas rumah kaca semakin membumbung. Cahaya matahari terpenjara bumi. Dan udara semakin panas. Es di kutub makin cair. Lalu, air laut mengamuk naik. Lubang ozon makin bertambah diameter. Ultraviolet makin menakutkan.
Bumi, tahun 2050. Mungkin seperti itu. Kecuali hari ini, kita mampu mencegahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H