tersaji di atas meja
Wajahnya berusaha tersenyum
dibalik gulungan selembar daun
Sepotong nasi jaha selalu bersyukur
Meski derita hadir sepanjang umur
Episode-episode hidup yang penuh belur
Dirinya mengenang kisah masa lalu:
pernah mati sementara,
terkurung selembar karung,
terbenam di tanah berlumpur,
diserang hama dan penyakit,
disiram hujan dan panas
dan akhirnya,
dipanen sebagai padi
gembira hati petani
disambut nyanyi dan tari
syukur para petani
Lalu,
dijemur berhari-hari
terpanggang matahari
tergiling di suatu hari
hingga tak berjubah lagi
hanya sekarung beras pak tani
senyum syukur, lagi dan lagi.
Kemarin,
bersama sepotong jahe,
selembar daun pandan,
segelas santan kelapa,
dan irisan bawang merah,
dipenjara di terowongan bambu
dipanggang di tepi lautan api,
santan mendidih,
seratus derajat lebih,
hingga mengering
masak
Aroma sedap
siap menyambut
Hari Pengucapan Syukur
Hari ini,
sebelum tersaji di hari penuh syukur
sebilah pisau memotong
nasi jaha menjadi sepotong-sepotong
tak ada rintihan tangis.
Hanya syukur
siap menyambut tamu
di Hari Pengucapan Syukur
Sepotong nasi jaha
tersaji di atas meja
selalu bersyukur
jalani hidup apa adanya
susah dan senang
selalu bersyukur
Selamat Hari Pengucapan Syukur
***
Catatan:
Hari Pengucapan Syukur merupakan sebuah tradisi di masyarakat Minahasa-Sulawesi Utara. Awalnya merupakan wujud syukur masyarakat atas hasil panen (cengkih, padi, dll). Sekarang dimaknai sebagai syukur atas segala berkat Tuhan, Dulunya, hari pengucapan syukur dilaksanakan di hari minggu yang berbeda. Namun tahun ini dilaksanakan serentak di seluruh wilayah adat Minahasa/tanah Minahasa (Kota Manado, Bitung, Tomohon dan Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan serta Minahasa Tenggara).
Nasi jaha menjadi kuliner, icon Hari Pengucapan Syukur. Kuliner khas Minahasa ini selalu tersaji di hari pengucapan syukur. Bukan sebatas sajian, tetapi setiap tamu yang datang mendapat "bingkisan" nasi jaha.