Lihat ke Halaman Asli

Meidy Y. Tinangon

Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

Puisi Terakhir

Diperbarui: 18 September 2021   00:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Last Poem"(dokpri, MYT by picsart)

Sobat, ini puisi terakhir dariku. Untukmu. Maafkan aku yang telah jemu. Merangkai narasi, hanya bayang semu. Yang kuharap adalah sesaat dalam temu.  

Sobat, ini puisi terakhir yang terpampang. Aksara-aksara telah bosan saling silang. Kata-kata telah menghilang. Tenggelam bersama lautan rasa yang bimbang, hanyut bersama gelombang. 

Diksi-diksi telah habis kupilih. Mungkin saatnya kita beralih. Meninggalkan diksi menjadi kenangan, meskipun pedih. Tenanglah. Kepedihan pasti berangsur pulih. 

Sobat, biarlah puisi ini menjadi yang terakhir. Hidup kita pasti akan berakhir. Tetapi, puisi-puisi, selalu hadir. Meskipun hanya sebait syair.  

Dia akan terus hadir dan takkan berakhir. Karena puisi terlahir untuk menjadi abadi, sampai dunia berakhir. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline