Sang khalik mencipta bumi dan manusianya
Lalu, demi cinta kepada Sang Khalik-nya
Manusia melahirkannya, beragam nama jadi miliknya
Keturunan demi keturunan memeluknya
Dia menjadi seperti gen yang diwariskan
Turun temurun, tanpa ada penolakan
Engkau memeluknya sejak tangisan pertama
Bisa dikata, dia adalah cinta pertama
Aku dan mereka punya kisah demikian
Memeluknya sejak lahir hingga kekinian
Namun kisah sejarah melahirkan tangisannya
Sudut-sudut bumi menampung air matanya
Manusia memeluknya dengan nama berbeda
Kebaikan diajarkannya dengan bahasa berbeda
Namun, dia dibenci karena perbedaan
Salahkah dia karena perbedaan?
Atas namanya kita mencari alasan
Untuk sebuah nafsu yang dilampiaskan
Untuk beragam motif tindak kekerasan
Yang melukai raga dan perasaan
Dia yang dipeluk, namanya agama
Dia yang dibenci, namanya agama
Dipeluk manusia, dibenci sesama
Berdosakah agama-agama?
Bukankah memeluknya adalah hak?
Tak usalah saling mengusik hak
Hentikan kekerasan atas nama hak
Kepada hak pribadi lain, kita tak berhak!
***
MYT_Dari Bukit Moria Rike, Manado.
Ditulis sebagai refleksi untuk memaknai tanggal 22 Agustus sebagai Hari Internasional untuk Memperingati Korban Tindak Kekerasan Berbasis Agama atau Keyakinan, atau International Day Commemorating the Victims of Acts of Violence Based on Religion or Belief.