Isolasi Mandiri dan Kebebasan Berekspresi
Akhirnya, isolasi mandiri (isoman) yang sebelumnya hanya menjadi asupan berita di linimasa media sosial dan bahan berbagi cerita, serta wahana untuk menunjukan kepedulian dengan sesama, menjadi sebuah kenyataan yang harus dijalani.
Terpenjara oleh Positif
Senin sore, 2 Agustus 2021, usai sesi antigen test di Dinas Kesehatan Kota Manado, saya dinyatakan reaktif/positif Covid-19 dan diminta untuk melakukan isolasi mandiri.
Antigen test ini dilakukan atas kesadaran sendiri, setelah sebelumnya di pagi hari istri saya - yang sudah 3 hari mengalami gejala demam dan flu - memeriksakan diri dengan hasil positif. Untung saja 2 anak kami Militia dan Junior, hasilnya negatif.
Langsung terbayang bagaimana hari-hari yang terpenjara. Kemerdekaan yang dibatasi dinding rumah. Tapi apa daya, demi sebuah usaha bersama bangsa ini memutus mata rantai penyebaran C-19.
Hari pertama isoman, suasana berbeda langsung terasa. Mengurung diri, berjemur, makan, tidur, makan lagi, tidur lagi. Ah sebuah keasyikan yang membosankan.
Betapa tidak, diri ini terbiasa dengan aktivitas bebas. Belum lagi, sudah seminggu institusi KPU tempat saya bekerja menerapkan kebijakan work from home.
Beruntung, simpati dan empati dari saudara, sahabat, rekan sekerja dan warga masyarakat dan anggota jemaat menjadi penyemangat, sekaligus pupuk bagi iman dan imun.
Mereka mendoakan dan setiap hari ada yang membawa paket makanan, buah, vitamin, susu, roti dan lain-lain, pokoknya banyak. Sampai selesai masa isoman masih ada stoknya.