Malangnya, aku Sang Malam
Tiada mencumbu mentari penuh asmara
Nur Ilahi pembawa semangat membara
membakar raga yang ditinggalkan gairah
mengobati cinta yang terluka parah
Malang, aku Sang Malam
Berselimut gulita yang menggurita
Menampung sisa puing derita
yang ditinggalkan juru berita
di linimasa bertaburkan cerita
Aku, Sang Malam yang malang
Hanya asa kepada terang rembulan
pada purnama di setiap bulan
Hanya tersenyum kepada Sang Bintang
yang kelap kelip di garis lintang
Aku, memang hanya Sang Malam
Namun, bukan sendiri dilanda malang
kudengar keluh cahaya siang
yang nampak dirundung malang
karena kehilangan kasih sayang
Aku memang berselimut malam
Namun, tak selamanya gelap
Senja datang menjemputku
kali ini senyumnya kelam
lelah menyaksikan manusia kalap
Aku, biarlah tetap Sang Malam
Meskipun malang, tetaplah senang
Gelap nampak kalah, namun tenang
Tak perlu menjadi pagi dan menang
Menjadilah malam yang dikenang
*****
*Senandika = wacana/percakapan dengan diri sendiri, atau suara batin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H