Lihat ke Halaman Asli

Meidy Y. Tinangon

Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

Sekat Bisu, Bait Sepi dan Malaikat Zaman

Diperbarui: 10 Agustus 2021   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sekat-sekat bisu" [Dokpri, MYT 10.08.21]

Terpenjara di antara sekat-sekat bisu. Bait-bait sepi terpaku di relung beku. Hari lama berganti. Jarum jam berputar lambat. Detik dan detik malas berkejaran. Menit dan menit mengalun dalam irama sangat lambat. Tempo larghissimo

Sementara irama denyut jantung semakin lama semakin mendekati prestissimo. Detak kencang dikejar auman ketakutan. Sang corona menusuk tubuh. Di luar sana, satu demi satu manusia meninggalkan fana kehidupan.

Bait-bait doa menaiki tangga sorga. Asa kepada daulat Sang Khalik. Bukankah jam kehidupan adalah kuasaNya? Dan, segenggam tarikan napas adalah milikNya? 

Lalu...

Pintu pagar sekat sepi diketuk. Saran dan doa mengalun dari ruang gadget. Linimasa mengidungkan gita semangat. Aneka paket makanan, minuman, dan vitamin datang menemani sepi di sekat bisu. 

Kini tiada lagi bait-bait sepi. Jarum jam berdetak harmoni. Tempo riang gembira. Lembaran partitur lagu berjudul "Isolasi Mandiri" dipenuhi dengan syair tentang: syukur, semangat, kepedulian, cinta kasih dan persaudaraan. 

Hanya kidung terimakasih pada para malaikat zaman pandemi. Utusan Sang Khalik di bumi pandemi. Teruslah gaungkan gita tentang cinta kasih dan kebajikan. Sehat-sehatlah selalu. 

***

From: #Isoman & #Isowoman

Bunga Bakung Homestay, 100821

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline