Entah sudah berapa kali kau terpesona, saban kali senja menyapa. Engkau terpukau pada senyumnya yang menghanyutkan rasa. Engkau terlena di bibir senja yang kau kecup mesra.
Tanpa kau sadari, seribu senja, seribu malam, seribu purnama, telah engkau tinggalkan dalam selembar kenangan. Sambil berharap esok engkau kan bertemu senja, kembali di lintasan hari. Tiada setitik jenuh yang menentang senja.
Engkau terpenjara sang senja, lalu terlena dalam malam yang dijemputnya dengan senyum. Dan kau melupakan sang pagi. Membenci hangat mentari, dan sedih berjumpa rinai hujan. Apalagi jika rinai berubah menjadi deras.
Padahal sang pagi adalah lembaran kosong yang merindu jejak cinta. Hangat mentari adalah setitik energi untuk sejuta karya. Dan, hujan adalah berkah untuk engkau dan bumimu yang kehausan.
Kagumilah senja! Dia pasti hadir menyeka keringatmu dan membalut luka juangmu. Rembulan dan bintang yang dijemputnya akan menghiburmu. Dan, dia memberi isyarat untuk sebuah jeda.
Kagumilah senja! Asal jangan kau terlena, dan terlelap dimanja senja, hingga usiamu makin senja, terbaring di lembaran senja. Sementara hari-harimu merana tanpa cinta, tanpa karya.
###
#isoMan #5of14
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H