Lihat ke Halaman Asli

Meidy Y. Tinangon

Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

Merindu Langit Biru

Diperbarui: 29 Mei 2021   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Langit biru bercumbu awan putih, memayungi bibir pantai yang dihempas gelombang" (Dokpri, taken from Pantai Bukit Tinggi, Minahasa-Sulut, 29/5-21)

Biru yang dekat namun jauh dalam pandang. Rasa ingin mendekapmu, lalu mencumbu aliran semangatmu. Namun engkau tak bisa kusentuh. Emgkau langit di jauh sana yang hanya bisa kupandang. Engkau adalah butiran asa yang larut dalam harmoni butir-butir ketulusan awan putih. 

Biru, engkau adalah langit di atas samudera. Setinggi-tingginya gelombang  tak mampu menyentuhmu. Dan engkau hanya tenang sambil tersenyum menanti hancurnya amarah gelombang ketika memukul bibir pantai. Kepada bibir pantai yang tabah dihempas gelombang, engkau memayunginya dengan lembaran-lembaran asa dan janji tentang piala kemenangan dan pusara di pintu keabadian.

Betapa aku merindu engkau duhai langit biru. Biarlah rindu ini tak harus memelukmu. Biarlah rindu hanya tercurah dalam lirik-lirik asa. Dan biarlah rindu hanyalah rasa, karena langit biru adalah asa yang memberi semangat dan nyawa kepada rasa.

Dokpri, Pantai Bukit Tinggi, Minahasa 290521

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline