Lihat ke Halaman Asli

Meidy Y. Tinangon

Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

Cerita Cucur, Onde-onde dan Kopi dalam Tempurung

Diperbarui: 11 April 2021   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cucur, Onde-onde dan Kopi dalam wadah tempurung kelapa (dokpri)

Cucur, kue warna merah khas gula aren. Masak berhias renda melingkar, setelah samsara terombang-ambing di lautan minyak goreng panas membara.  

Onde-onde, kue bulat berisi gula aren. Tenggelam dalam lautan rebusan, timbul menampakan wajah matang di permukaan samudera air mendidih. Lalu, menerima mahkota putih, parutan daging kelapa.

Kopi, sebuah kisah pahit episode-episode perubahan fisika dan kimia. Biji keras, yang mengucap selamat tinggal kepada daging dan kulit, usai terpanggang terik mentari. Lalu, mengalami episode siksa disangrai  di atas panasnya wajan aluminium, hancur menjadi butiran halus,  dan akhirnya dihujani air panas, untuk siap diseruput para penikmatnya. Perjalanan siksa berbuah pahit dalam rasa. Gula aren mencumbuinya, mencipta manis dalam kepahitan.

Kemarin, aku berjumpa cucur, onde-onde dan kopi panas. Mereka tersenyum dipeluk tempurung.  Bukan plastik atau gelas kaca. Hanya sebuah karya alam yang tercampakkan.

Mereka adalah ceritera tentang perjuangan dan tempaan kehidupan. Tentang samsara yang berbuah nikmat. Tentang menjalani hidup alami, meski siksa namun tenang dengan jubah kesabaran. Bahwa Sang Khalik mengatur, setiap sukses butuh tempaan dan pengorbanan, dan semua akan indah pada waktunya. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline