Dear Kompasiana, pertama-tama meskipun terlambat, namun dari lubuk hati yang paling dalam saya hendak menyampaikan ucapan "Selamat Ultah ke -12".
Kompasiana, kita berkenalan 25 Januari 2012 saat itu usiamu baru 3 tahun 3 bulan. Sementara saya berusia 35 tahun 7 bulan. Kini, disaat usiamu membilang 12 tahun, perjumpaan kita telah berusia 8 Tahun 9 bulan.
Sesungguhnya, perjumpaan kita berada di tahun yang sama dengan para pecintamu yang berada di level senior. Sebut saja Pak Tjiptadinata Effendi yang berkenalan denganmu 14 Oktober 2012.
Hanya saja, cinta Pak Tjip berbeda denganku. Beliau mencintai Kompasiana secara konsisten, sementara saya, kala itu hanya mencintaimu setengah hati. Maafkan aku, yang kala itu sempat melupakanmu.
Kompasiana, ijinkan aku menyampaikan rasa hormat dan salut pada Pak Tjip. Beliau konsisten menulis di Kompasiana, kami mengenal Kompasian di tahun yang sama, namun beliau kini di level Senior dengan 5129 artikel, sementara aku baru di level Taruna dengan 286 artikel.
Bahkan setahun kemudian 12 Januari 2013, Pak Tjip menarik kekasihnya Roselina Tjiptadinata untuk bersama memadu cinta denganmu, Kompasiana. Bunda Rose, begitu aku menyapanya kini berada di level Penjelajah dengan torehan karya hingga saat surat ini ditulis, mencapai 710 artikel.
Kompasiana, ijinkan aku berterimakasih kepada Pandemi Covid-19 dan kebijakan Work From Home (WFH). Februari 2020 setelah 8 tahun melupakanmu, aku terhisap dalam sebuah episode Cinta Lama Bersemi Kembali (CLBK). Aku menuliskan kisahku dalam artikel berjudul Maafkan Aku Sayang, Cinta Lamaku Bersemi Kembali.
CLBK kita, sangat terasa. Cinta adalah fakta. Konten 8 tahun di Kompasiana, kalah banyak dari karya 17 hari di bulan April.
Kompasiana, maafkan aku ketika aku menulis tentang PDP di Kompasiana. Itu bukan bermaksud menuliskan sebuah kabar hoax tentang Pasien Dalam Pengawasan, tetapi tentang karya para kompasianer tentang Puisi Dimasa Pandemi (PDP).