Ara yang cantik, tersenyumlah. Tataplah jagad raya dan tancapkanlah karya. Sebab untuk sebuah karya kita dicipta. Berbuahlah dalam karya, sebab pohon dikenal dari buahnya, begitupun kita.
Lihatlah pohon ara. Ada karya lewat buah. Sejuta manfaat bagi kehidupan. Tanpa buah, kapak kan menancap di dahan yang dianggap tiada berguna. Jatuh, tinggal menunggu kering untuk dibakar. Hangus, lenyap, dalam lara yang tiada tara.
Ara, hapus air matamu. Usah tangisi lara yang kau tanggung. Sebab kehidupan tak selalu manis. Ada pahit yang menggendong lara. Hapus air matamu dan dengarlah senandung merdu di alam sana.
Dengar, dengarlah. Ada kicau Burung Ara. Merdu, menyanyikan kidung semangat dan harapan. Bahwa lara hanyalah sementara. Sebuah keberanian tergambar di mata merahnya.
Ara berbuahlah seperti pohon ara dan tersenyumlah. Namun, jika lara menghampirimu, dengarkan kepadanya dendang kicau Burung Ara. Biarkan dia terbuai suara merdu Burung Ara, lalu gagal menyentuh ara.
Ara yang cantik, tersenyumlah! Alam selalu punya cara mengajarmu tentang sebuah makna, serta menjagamu, menghardik segala lara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H