Lihat ke Halaman Asli

Meidy Y. Tinangon

Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

Mengalah untuk Menang, Masih Relevankah?

Diperbarui: 21 Agustus 2020   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

||dreamstime. com|| 

"Mengalah untuk menang?" Jelas tak relevan, bahkan tak masuk akal. 

Coba tengok dunia olahraga.  Mana ada seorang pelari memenangkan pertandingan lalu meraih medali emas,  jika dia mengalah, melambatkan larinya dan membiarkan saingannya melewati dirinya.  Hmmm. 

Atau coba tengok dunia politik. Mana ada kandidat Pilkada akan terpilih jika dia mengalah,  mengundurkan diri atau tak melakukan upaya apapun untuk meraih dukungan pemilih. 

Ya,  ya. Benar. Petuah jadul itu tak cocok, sesat pikir. 

Eits,  nanti dulu. 

Coba kau tengok tetangga sebelah.  Hidup aman, tenteram, sejahtera.  Ada beda pendapat namun tak berujung konflik berhias piring terbang, caci-maki,  pecah kaca,  pisah ranjang hingga cerai berai. 

"Kami sering berbeda,  namun selalu ada yang memadamkan api emosinya. Mengalah untuk kemenangan bersama.  Maaf adalah tandanya," ungkap si Bapak, tetangga sebelah. 

Ah,  asyiknya. 

Oke,  oke.  Itu kehidupan rumah tangga, cocoklah.  Coba beri contoh untuk kehidupan politik atau olahraga. 

Hmmm,  baiklah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline