"Mengalah untuk menang?" Jelas tak relevan, bahkan tak masuk akal.
Coba tengok dunia olahraga. Mana ada seorang pelari memenangkan pertandingan lalu meraih medali emas, jika dia mengalah, melambatkan larinya dan membiarkan saingannya melewati dirinya. Hmmm.
Atau coba tengok dunia politik. Mana ada kandidat Pilkada akan terpilih jika dia mengalah, mengundurkan diri atau tak melakukan upaya apapun untuk meraih dukungan pemilih.
Ya, ya. Benar. Petuah jadul itu tak cocok, sesat pikir.
Eits, nanti dulu.
Coba kau tengok tetangga sebelah. Hidup aman, tenteram, sejahtera. Ada beda pendapat namun tak berujung konflik berhias piring terbang, caci-maki, pecah kaca, pisah ranjang hingga cerai berai.
"Kami sering berbeda, namun selalu ada yang memadamkan api emosinya. Mengalah untuk kemenangan bersama. Maaf adalah tandanya," ungkap si Bapak, tetangga sebelah.
Ah, asyiknya.
Oke, oke. Itu kehidupan rumah tangga, cocoklah. Coba beri contoh untuk kehidupan politik atau olahraga.
Hmmm, baiklah.