Lihat ke Halaman Asli

Meidy Y. Tinangon

Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

Ketika Kebenaran Terlampaui Ketenaran

Diperbarui: 10 Agustus 2020   06:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

| ilustrasi||seruji.co.id | 

Kita mengagungkan sebuah nilai bernama kebenaran, meskipun tiupan angin relativitas mengaburkannya, hingga akhirnya kebenaran menjadi sebuah ketidakpastian. Nisbi dalam gagap pandang insan dari gegap gempita cahaya pandang beragam perspektif.  

Lalu, kebenaran pada akhirnya bebas dicongkel dan lengser dari singgasana, manakala para pengawal kebenaran nyenyak tertidur di atas permadani rupiah, tak sadar istana kebenaran sementara dilintasi angin virtual yang makin mengikis keagungan sebuah nilai. 

Insan jelata dibuat terlena oleh kabar-kabar yang bebas menabuh gendang telinga dan cerdik merayu nurani. "Akulah kebenaran itu," ungkap sang tenar yang dianggap benar.   

Sementara sang kebenaran sejati, jarang memberi kabar, selain sibuk mencari dalil-dalil pasti di tengah hiruk-pikuk kabar yang kabur, yang ditabur sang penabur kebenaran yang bertabur kebohongan. 

Ketenaran pada akhirnya meraih simpati dan dinobatkan sebagai yang benar. 

Ketenaran menguasai dunia. Benar dan salah tetap dipuja-puji. Mereka melampaui kebenaran yang hakiki.

Tak perlu rumus-rumus rumit. Jadilah tenar bersama penggemar, niscaya kau selalu benar. Niscaya engkau selalu didengar para penggemar.

Edan! Sebuah dunia pasca kebenaran. Post truth!

Sang pakar mengeluh: "Kebenaran yang tidak teratur, dikalahkan ketidakbenaran yang teratur."  

Kebenaran dilampaui ketenaran. 

Ah, andai sang pakar tenar...... 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline