Lihat ke Halaman Asli

Meidy Y. Tinangon

Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

'Bakudapa' Virtual Ala Sastrawan yang Saling Merindu

Diperbarui: 11 Juni 2020   05:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi||mamiverse.com

Berbeda dengan pertemuan daring yang digelar komunitas lainnya, gaya diskusi daring  para sastrawan ternyata punya ciri khas tersendiri.

Kebijakan masa pandemi Covid-19, social distancing dan physical distancing membuat kita tak bisa berkumpul dalam perjumpaan fisik. Tak terkecuali para Sastrawan. Pertemuan daring pun menjadi pilihan untuk melepas rindu. 

Kebetulan saya bergabung dengan komunitas literasi sekaligus komunitas budaya yang sebagian besar kawan-kawan saya di komunitas tersebut adalah sastrawan. Di WAG komunitas tersebut, Selasa (9/6) dikirim undangan untuk diskusi daring bertajuk "Bakudapa Virtual: Merindu Minahasa Lewat Sastra". 

Kebetulan lagi merindu dengan sesama kawan, sayapun tertarik untuk turut bakudapa (Manado, bertemu) secara virtual dalam momentum yang digelar Rabu malam (10/6) bertempat di ruang virtual zoom online meeting. 

Para pemantik diskusi (perindu dalam flyer kegiatan) semuanya bergelar sastrawan. Ups, rasanya saya tak masuk kelompok sastrawan meskipun saya telah turut melahirkan buah sastra berwujud puisi, terbanyak via kompasiana. Namun, disebut penyair dan pujangga pun saya merasa tak layak apalagi disebut sastrawan. Terlalu mulia dan terhormat predikat sastrawan dalam pemikiran saya.

Lagi-lagi, mengikuti kebiasaan yang coba dibiasakan (sesuai saran beberapa kompasianer), saya membuka kamus online kbbi.web.id, mencari tahu persisnya definisi sastrawan seperti apa.

Klik, ketik kata "sastrawan",  akhirnya muncul 3 pengertian ini:
1 ahli sastra;
2 pujangga; pengarang prosa dan puisi;
3 (orang) pandai-pandai; cerdik cendekia

Menimbang-nimbang untuk memastikan apakah saya masuk kategori sastrawan. Mulai dari definisi nomor 1. Ahli sastra? Sepertinya jauh.  

Lanjut ke definisi nomor 2. Pujangga? Sudah saya sebut di atas, tak layak!  Pengarang prosa dan puisi? Ehm, sepertinya kalau disebut pengarang, susah mengelak. Hobi saya mengarang kata dalam tulisan.

Bagaimana dengan definisi nomor 3? Pandai dan cerdik cendekia. Hehehe, kalau yang ini lebih susah mengelak, bukan soal pengertian sebenarnya, tapi soal penampakan fisik di kepala. 

Kepala botak seperti saya, sekalipun tak pintar, cerdik-cendekia, tetaplah dianggap pintar. Hehehe... Bukan menghibur tapi pengalamannya seperti itu. So, untuk yang kepalanya senasib dengan saya, tak usah kecil hati. Selain dianggap pintar, ada orang menyebut kita dengan "boxy" alias botak sexy... Ahay....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline