Lihat ke Halaman Asli

Meidy Y. Tinangon

Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

"Bidadari dan Bidadara Berlampu", Pahlawan dalam Kelam Pandemi

Diperbarui: 12 Mei 2020   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

| ilustrasi || kompas.com |

Hari ini, 12 Mei kita merayakan Hari Perawat Internasional. Tanggal 12 Mei dipilih untuk merayakan Hari Perawat Internasional karena itu merupakan hari kelahiran Florence Nightingale, yang secara luas dianggap sebagai pendiri keperawatan modern. 

Florence, lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 dan meninggal di London, Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun adalah pelopor perawat modern, penulis dan ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia (id.wikipedia.org).

Membaca kisah hidup Florence, si bidadari berlampu, dari berbagai sumber kita akan terkesima membayangkan kiprahnya yang memberikan sebagian besar hidupnya untuk dunia keperawatan. Dikala itu, perawat dianggap sebagai pekerjaan kotor, jorok, sehingga sangat sedikit perempuan yang berminta menekuni profesi sebagai perawat.

Tidak demikian bagi Florence, sekalipun mendapat tantangan dari dalam keluarganya yang tidak menghendaki Florence yang cantik menggauli dunia keperawatan, Florence tak bergeming. Kiprahnya bahkan makin menjadi. Bukan perawat biasa. Demikian titel yang bisa disematkan ke diri Florence. Menjadi perawat di rumah sakit yang kotor, merawat korban perang, membangun rumah sakit hingga mendirikan sekolah perawat. Luar biasa!

Dalam suatu momentum, ketika perang, Florence mengabdikan dirinya menjadi pahlawan penyelamat para tentara di medan pertempuran dalam kelam gelap malam. Florence cantik, bertemankan lampu, berusaha mencari para tentara korban perang, baik yang hidup ataupun mati.  Julukan "Bidadari Berlampu" disematkan pada dirinya dalam momentum penyelamatan para tentara ditengah deru mesiu di medan perang tersebut.

Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku,

demikian penggalan larik dari puisi yang didedikasikan untuk  Florence Nightingale berjudul "Santa Filomena" karya Henry Longfellow, seorang penyair AS,  tahun 1857.  

"Santa Filomena" tangkapan layar dari www.florence-nightingale.co.uk

Kini ditengah pandemi Covid-19 berkepanjangan, para penerus Florence, perempuan dan laki-laki, para perawat di seantero bumi, 'Bidadari dan Bidadara Berlampu' masih tetap membawa "lampu" karena pandemi telah membawa gelap kelam masa depan hidup spesis manusia. Beberapa diantara mereka bahkan telah mengorbankan nyawa. 

Di Indonesia, menurut Ketua Umum Persatuan Perawatan Indonesia (PPNI), Harif Fadhilah sebagaimana dilansir merdeka.com., hingga Jumat 8 Mei 2020 perawat meninggal akibat Covid-19 mencapai 19 orang dan positif Covid-19 ada 53 orang. Sementara perawat yang dirawat ada 68 pasien, angka ODP (Orang dalam Pemantauan) 596 orang, PDP (Pasien Dalam Pengawasan) 48 orang, dan OTG (Orang Tanpa Gejala) 97 orang.

Mereka berkorban mempertaruhkan nyawa untuk pasien yang terpapar Covid-19, berkorban untuk kita rakyat Indonesia. Sayang sekali, sebagian dari kita tidak memikirkan kondisi para perawat dan tenaga medis lainnya di garda terdepan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline