Lihat ke Halaman Asli

Meidy Y. Tinangon

Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

Petuah dari Buku Jadul tentang Minahasa, Karya Penulis Asing

Diperbarui: 11 Mei 2020   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

| Screenshoot sampul buku karya N. Graafland | booksgoogle.co.id |  

Sore hari yang sepi, seperti biasa ditemani laptop terhubung jembatan wifi menuju dunia daring. Naluri menuntun aksi di dunia "daring van maya" menelusuri pustaka jadul yang banyak menyimpan sejarah negeri tercinta. Buku jadul tentang sejarah, saat ini tak susah mencarinya. Ada banyak dalam bentuk E-book yang bisa diunduh gratis atau bisa dibaca daring

Sejumlah judul buku bisa diunduh sore ini. Setelah diunduh, kucoba membaca sepintas 3 buah buku. Seperti biasa, setelah halaman judul, maka daftar isi dan kata pengantar harus dilahap sebagai "makanan pembuka" sebelum menikmati "makanan" lainnya di bagain dalam buku.

Salah satu judul buku yang sempat terbaca, berjudul "Inilah Kitab Batja akan Tanah Minahasa", ditulis Tahun 1867 oleh  N. Graffland serang penginjil dan penulis berkewarganegaraan Belanda yang lama diam di Minahasa, bagian dari Provinsi Sulawesi Utara. Graffland diutus oleh NZG, lembaga misionaris Belanda ke Minahasa pada tahun 1849. 

Ada bagian pembuka buku tersebut yang menyentuh saya. 

Graffland menulis dalam ejaan Bahasa Indonesia pra-kemerdekaan, yang dapat ditulis dalam ejaan kekinian sebagai berikut: 

Banyak orang tentu mencahari pengenalan akan sesuatu tanah yang lain, dan melupa periksakan akan barang yang ada pada tanahnya sendiri

Tangkapan layar dari buku karya Graafland

Kata-kata yang singkat namun menyentuh. Yah, menyentuh karena, pertama, Graafland seorang asing, dari bangsa kompeni, mau menulis buku tentang Indonesia khususnya Minahasa. 

Kedua, karena isi paragraf tersebut mengingatkan saya, bahkan mengingatkan segenap anak bangsa untuk mau mengenali bangsanya sendiri, menelusuri hal ikhwal bangsa dan orang Indonesia, tanah air Indonesia. Jangan terlalu "asing oriented", "berkiblat ke luar negeri". Sesungguhnya negara kita kaya. Kaya alamnya, yang tak lain merupakan sumber pengetahuan. 

Ketiga, Graafland menulis kalimat tersebut ketika dia menulis tentang bagian dari tanah air Indonesia, tanah Minahasa. Disini Graafland telah menempatkan diri sebagai orang Indonesia, orang Minahasa. Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Bagaimana dengan kita?

Karya tulis Graafland tentang Minahasa bukan hanya buku yang saya baca sore ini.  Ada sekian banyak buku yang dia tulis. Graafland dan penulis-penulis Indonesianis lainnya mengajarkan kita tentang pentingnya kultur literasi, kultur menulis. Menulis tentang diri kita, tentang keluhuran bangsa kita, tentang tanah air Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline