Lihat ke Halaman Asli

Meicky Shoreamanis Panggabean

Penulis biografi BTP dan Munir

Untuk Kantor Berita Antara tentang Artikel Peresmian Lapangan Banteng

Diperbarui: 26 Juli 2018   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Yang Terhormat Kantor Berita Antara (entahlah siapa yang mewakili...),

Saya salah satu pembaca situs berita AntaraNews. Antara saya anggap relatif lebih bagus dibandingkan situs media yang lain, apalagi sekarang ada begitu banyak media online bermunculan dan sebagian besar tak perlu dipertanyakan lagi kualitasnya. Entah dilihat sekilas atau dibaca mendalam, kita bisa langsung tahu bahwa mereka hanya mengejar klik pembaca dan tak peduli dengan mutu jadi mempertanyakan hal itu adalah sebuah kesia-siaan.

Pagi ini saya membaca tulisan salah satu jurnalis Antara, Bapak Susylo Asmalyah, yang berjudul 'Pendukung Ahok-Djarot Berulah dalam Peresmian Lapangan Banteng'

Sumber

Ada yang berpendapat bahwa kata bersifat netral, seperti halnya pisau:Bisa dipakai memotong roti yang akan diberikan kepada pengemis namun dapat juga digunakan untuk membunuh sesama.

Baiklah.

Bagaimanapun, pilihan terhadap kata tak pernah bisa netral. Di dalamnya ada keberpihakan, ideologi , juga tujuan. Idealnya, media bersifat independen namun pilihan kata dan elemen berita yang ada di tulisan Bapak menunjukkan hal yang sebaliknya.

Izinkan saya untuk bicara dengan Pak Susylo dan mengajak beliau untuk kembali memikirkan hal dasar dalam jurnalisme: Yang harus ada dalam sebuah berita adalah 5 W+1 H alias Who, What, Why, When, Where and How atau Siapa, Apa, Mengapa, Kapan, Di mana, dan Bagaimana. 

Tidak memasukkan satu saja elemen di atas membuat akurasi berita berkurang padahal akurasi, yang disajikan secara konsisten, adalah salah satu hal yang menentukan apakah seorang jurnalis, dan pada akhirnya apakah media tempat ia bekerja, kredibel atau tidak. Kecepatan dalam memberitakan tentu juga perlu diupayakan namun tanpa perlu mengorbankan akurasi, bukan?

Pak Susylo,

Bapak tidak menjelaskan mengapa pendukung Ahok membawa spanduk namun memilih mengomentarinya dengan kata 'berulah'. Bapak tahu nggak kenapa mereka membawa spanduk? Kalau tidak tahu kenapa peristiwa pendukung Ahok membawa spanduk tidak disajikan secara faktual melainkan tendensius? Kalau tahu, kenapa tidak ditulis?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline