Lihat ke Halaman Asli

Selfie dan Taman Bunga Amaryllis

Diperbarui: 30 November 2015   14:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Fenomena selfie sebetulnya membuat heboh dunia sejak 2013. Kian canggihnya perangkat teknologi ditambah dengan aplikasi-aplikasi smartphone mendorong orang-orang memamerkan foto-foto selfie mereka. Selfie sendiri adalah foto diri sendiri yang biasanya diambil lewat telepon pintar lalu dibagikan ke berbagai media sosial.

Seringpula selfie disebut sebagai sifat narsis pada diri seseorang. Narsisme adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Ketika gejala tersebut terjadi dalam takaran yang sangat berlebihan maka disebut dengan narcissistic personality disorder atau gangguan narsisme, yang tergolong gangguan kejiwan. Seorang psikolog kenamaan, Roslina Verauli atau Mbak Vera, melalui CNN Indonesia menyebut bahwa pada dasarnya semua orang yang sehat mampu narsis. Namun sebaiknya berada di tahap yang wajar dalam melakukan selfie.

Berita yang sedang in beberapa hari ini adalah kabar rusaknya Taman Bunga Amaryllis di Gunungkidul. Taman bunga amarilis di sebuah dusun Ngasemayu, Desa Salam Kecamatan Patuk, Gunung Kidul Yogyakarta itu sempat terkenal akan keindahannya beberapa waktu yang lalu. Hamparan bunga berwarna oranye seperti taman-taman bunga di Eropa. Salah satu sumber menyebutkan, ladang tersebut adalah milik Bapak Sukadi. Awalnya, hanya penduduk di sekitar sana saja yang tahu akan keberadaan taman amaryllis ini. Hingga suatu ketika, ada seseorang yang melewati daerah Patuk dan mengunggah foto-foto indahnya ke media sosial. Foto itu pun cepat menyebar. Rumah Pak Sukadi yang dikelilingi 600.000 tangkai amarilis pun ramai dikunjungi orang. Wisatawan yang datang banyak membeli pohon amarilis miliknya. Ia menjual lima ribu rupiah per tangkai.

Bunga Amarilis (amaryllis) atau hippeastrum adalah bunga tropis yang berasal dari Afrika Selatan. Tanaman ini banyak disanjung oleh para pekebun karena mudah ditanam dan ditanam kembali setelah periode tidak aktif sesaat (biasanya selama musim dingin). Kita bisa memelihara bunga amarilis dalam bedeng di kebun/taman ataupun di dalam pot. Kita juga bisa menanamnya pada musim semi atau gugur (jika kita tinggal di negara empat musim). Bunga ini punya banyak nama, seperti bunga lili, bunga bakung atau bunga bawang. Selain itu, bunga ini disebut dengan bunga Desember karena bunga ini memang hanya berbunga sekali dalam setahun menjelang musim hujan, sekitar bulan November-Desember.

Tak dinyana, keindahan Taman Bunga Amaryllis tersebut semakin heboh dan yang ditakutkan pun terjadi. Taman bunga tersebut didatangi kaum alay-ers yang membawa senjata kehormatan mereka: tongsis alias tongkat narsis. Banyak ABG yang datang hanya untuk berfoto selfie di tengah-tengah hamparan bunga lili ini. Tak terelakkan tanaman-tanaman bunga ini pun terinjak-injak oleh kaki-kaki para anak muda tersebut. Hal itulah yang kemudian membuat para netizen geram dan marah pada para ABG tersebut.

Selfie yang dilakukan para remaja di Taman Bunga Amaryllis mendapatkan banyak kecaman karena mengakibatkan kerusakan dan terkesan tidak menghargai alam. Merka terkalahkan oleh dorongan budaya “nge-hits”, yang seakan tak ingin ketinggalan dan harus ambil bagian yang saat ini sedang populer. Hal ini karena masih banyaknya orang yang mudah takjub dan heboh dengan sesuatu hal yang baru. Bahkan ada kesan bahwa ada kebanggaan tersendiri bila postingannya banyak dilihat dan banyak yang nge-like. Apalagi jika follower-nya bertambah gara-gara mengunggah foto itu.

Padahal kebun tersebut milik pribadi, bukan tempat wisata. Tidak ada spot untuk berfoto –apalagi rebahan ala Syahrini. Namun dengan begitu bukan berarti mereka bisa semaunya menginjak-injak ke tengah kebun, lompat-lompat dan nidurin tanaman demi selembar foto calon pembuat pemiliknya “nge-hits”. Mari lewatkan pikiran: Pak Sukadi kan meraup jutaan rupiah setiap harinya dari uang sumbangan para pengunjung. Mari kita pikirkan saja bagaimana Pak Sukadi  menanam satu demi satu umbi bunga lili ini, menyiramnya setiap hari untuk melindunginya dari kematian karena deraan kemarau panjang kemarin. Lalu dalam sekejap rusak terinjak-injak justru ketika sudah siap panen.

Ber-selfie memang hak semua orang. Siapa saja boleh melakukannya karena setiap orang punya hak untuk bisa eksis. Tetapi kadar tersebut tidak boleh berlebihan dan tetap perhatikan etika. Meski tak ada space yang membatasi antara orang dan bunga, namun harus mengingatkan diri sendiri jangan sampai tanaman-tanaman tersebut rusak karena kaki-kaki kita. Kan bisa, selfie di pinggiran, tidak usah ke tengah-tengah apalagi sampai tiduran. Toh tetap akan mendapatkan gambar bagus jika diambil dengan angle yang tepat.

Selamat ber-selfie!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline