Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Ihsan

Halo saya Ihsan

Mengapa Bisa Terjadi Konflik Antara Rusia dan Ukraina

Diperbarui: 28 April 2022   10:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Saat ini baik Rusia dan Ukraina sedang dalam situasi perang. Kedua belah pihak saling baku tembak untuk memperebutkan atau mempertahankan wilayah masing-masing. Lalu bagaimanan kedua negara ini bisa sampai berperang. Saya akan membahasnya di sini.

Pada tahun 1991, Uni Soviet runtuh dan terpecah menjadi 15 negara baru termasuk Ukraina. Ukraina merupakan salah satu negara pecahan Uni Soviet yang berbatasan langsung dengan Rusia. Pada saat masih menjadi bagian dari Uni Soviet, beberapa rudal nuklir ditempatkan di wilayah Ukraina. Rudal nuklir ini tetap berada di Ukraina hingga Ukraina mengembalikan semua rudal nuklirnya kepada Rusia pada tahun 1994-1995. Selain itu beberapa pemimpin Uni Soviet berasal dari Ukraina contohnya adalah Nikita Khrushchev dan Leonid Brezhnev.

Namun Ukraina memiliki perbedaan besar antara wilayah barat dan timur. Di wilayah barat, penduduk mayoritas berbahasa ukraina dan secara sosial budaya lebih condong ke eropa. Sementara di wilayah timur, mayoritas penduduk berbahasa rusia dan memiliki keterikatan emosional dengan Rusia. Ukraina secara geografis berbatasan dengan Uni Eropa di barat dan Rusia di timur. Maka Uni Eropa dan Rusia sama-sama berebut pengaruh di Ukraina. Uni Eropa dan Rusia sama-sama menawarkan berbagai bantuan kepada Ukraina. Uni Eropa menawarkan perjanjian perdagangan bebas, artinya barang dan jasa dari Ukraina yang akan masuk eropa dibebaskan dari segala biaya pungut dan hal ini diharapkan bisa mengurangi ketergantungan Rusia terhadap Ukraina. Di lain pihak, Rusia menawarkan harga gas yang lebih murah, dimana Rusia merupakan pemasok gas alam bagi Ukraina. Rusia juga tidak mensyaratkan perubahan regulasi di Ukraina, selama negara itu masih mau membeli gas Rusia.

Pada tahun 2010, Viktor Yanukovych berhasil mengalahkan Presiden Ukraina pro Eropa yakni Viktor Yushchenko. Yanukovych cenderung condong ke Rusia dan dia mendapatkan dukungan besar dari wilayah Ukraina Timur. Yanukovych memberlakukan sejumlah kebijakan yang pro Rusia, salah satunya adalah menetapkan bahasa Rusia sebagai bahasa resmi kedua di Ukraina. Pada tahun 2013, Yanukovych mengumumkan bahwa Ukraina tidak akan menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa dan dia malah meningkatkan hubungannya dengan Rusia. Akibatnya terjadi protes besar di Ukraina yang dikenal sebagai Protes Euromaidan yang kemudian menjelma menjadi Revolusi Euromaidan. Protes dan kerusuhan meletus di sejumlah kota besar di Ukraina termasuk di Ibukota Kyiv. Akibatnya, Viktor Yanukovych yang merasa terancam melarikan diri ke Rusia, pelarian ini dibantu oleh pasukan khusus Rusia "Spetznas". 

Viktor Yanukovych kemudian digantikan sementara oleh Oleksandr Turchynov, kemudian digelar pemilu yang akhirnya dimenangkan oleh Petro Poroshenko. Di sisi lain, Rusia tidak mengakui pemerintahan baru ini dan menganggapnya sebagai hasil kudeta ilegal. Presiden Ukraina saat itu Poroshenko tentunya lebih pro eropa. Pemerintah baru ini juga mengeluarkan undang-undang yang memberatkan penduduk di wilayah timur. Salah satunya adalah penggunaan hanya bahasa Ukraina sebagai bahasa resmi untuk administratasi dan pendidikan. Gejolak kemudian muncul di wilayah timur. Di semenanjung Krimea, digelar referendum untuk menentukan apakah tetap bergabung dengan Ukraina atau berpindah ke Rusia. 97% memilih bergabung dengan Rusia. Di wilayah lain terutama di wilayah Donbass, muncul gerakan  separatis yang juga ingin bergabung dengan Rusia. 

Pemerintah Ukraina melancarkan operasi militer untuk menumpas gerakan separatis pro Rusia di Donbass. Rusia mengirimkan pasukannya untuk menganeksasi Krimea dan secara terselubung membantu separatis di Donbass. Dengan cepat Krimea dikuasai Rusia, tapi pertempuran di Donbass berlangsung berlarut-larut. Presiden Ukraina saat ini Volodymyr Zelensky pada tahun 2021 menegaskan jika Ukraina semakin condong ke barat dan hal yang dikhawatirkan Rusia saat ini adalah rencana Ukraina untuk bergabung dengan NATO. NATO adalah organisasi militer dan keamanan sejak perang dingin. Setelah berakhirnya perang dingin, satu per satu negara mantan anggota Pakta Warsawa dan negara-negara pecahan Soviet mulai bergabung dengan aliansi ini. Rusia merasa khawatir dengan ekspansi NATO yang semakin dekat dengan perbatasannya. Oleh karena itu demi mencegah Ukraina bergabung dengan NATO, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan operasi militer di Ukraina pada 24 Februari 2022.

Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin dapat memanfaatkan aksi militer di Ukraina untuk mendongkrak popularitasnya mengingat pada tahun 2012-2014 sering terjadi protes anti Putin di Rusia, terutama dugaan kecurangan pemilu Presiden pada tahun 2012. Pada tahun 2014, popularitas Presiden Putin yang awalnya menurun kembali naik setelah menganeksasi Krimea.

Di lain pihak, Amerika juga tentunya punya kepentingan di Ukraina. Amerika beberapa kali berhasil membujuk Ukraina untuk mengambil tindakan yang menguntungkan kebijakan luar negeri Amerika. Salah satunya adalah Amerika berhasil membujuk Ukraina untuk menghentikan pasokan turbin uap ke Iran. Sementara itu Uni Eropa juga punya kepentingan dengan Ukraina. Hal ini karena jalur pipa gas yang menghubungkan antara Rusia dan Eropa melalui wilayah Ukraina. Gas alam sangat penting bagi Eropa, terutama di musim dingin. Gas alam dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk pemanas ruangan. Konflik di Ukraina juga membuat pasokan gas alam sering terganggu dan hal ini tentunya merugikan Rusia dan Eropa.

Meskipun tidak serumit konflik di Suriah, namun pihak-pihak yang saling bertikai ternyata masih saling membutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline