Lihat ke Halaman Asli

Megawati Sorek

Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Koneksi Antara Modul 1.1 dan Modul 1.2 (Pemikiran KHD dan Nilai/Peran Guru penggerak)

Diperbarui: 20 April 2024   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri : Koleksi desain Megawati Sorek

Koneksi Antara Materi Modul 1.1 (Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara) dan Modul 1.2 (Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak)

Pembelajaran bermakna yang saya peroleh mengikuti program CGP Angkatan 10 saat ini adalah sangat banyak ilmunya dan semuanya itu daging semua. Pastinya mampu membuka kran paradigma pada diri saya yang dulunya masih konvensional. Saya menjadi sadar selama ini sudah banyak melakukan kesalahan. Saatnya untuk berubah dan menjadi agen perubahan di lingkungan kerja saya dan melakukan pengabdian secara totalitas.

Pertama pada modul 1.1 yang membahas mengenai filosofis pendidikan menurut KHD berupa pemikiran idealis  mengenai pentingnya membangun karakter dan moral untuk peserta didik. Tak dapat disangkal pendidikan  adalah sarana utama untuk mencapai kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Sebenarnya hal ini pun sudah saya bahas pada artikel sebelumnya dengan Panjang lebar dengan lin berikut bit.ly/447EbEi

Tiga semboyan yang dijabarkan oleh KHD kita ketahui yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha  (Di depanmemberikan keteladanan) Ing Madya Mangun Karsa (Di tengah-tengah memberikan motivasi) dan Tut Wuri Handayani (Di belakang memberikan dorongan). Konsep ini dipelajari lagi lebih dalam dengan mengingat kembali jabarannya sebagai berikut :

Salah satu kunci penting untuk mencapai dan membentuk manusia yang berkarakter dan bermoral adalah melalui dunia pendidikan yang harus terus dibenahi. Nilai-nilai kemanusiaan harus dibudidayakan dan terus dihidupkan secara kontinyu.

Pendidikan memberi keleluasaan secara merdeka akan proses perkembangan murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Perlunya penanaman budi pekerti untuk membentuk prilaku positif. Pembelajaran yang berpihak kepada murid sehingga murid bersemangat dan antusias dengan pembelajaran yang inovatif, aktif dan kreatif. Terutama sesuai dengan perkembangan zaman di mana saat ini kita telah memasuki sistem era digital. Semua kemudahan sudah diperoleh, segalanya sudah masuk jaringan. Bahkan Ki Hajar Dewantara menganalogikan seorang pendidik itu seakan seperti petani atau tukang kebun yang menanam dan akan menuai hasilnya dengan baik jika melakukan prosesnya dengan maksimal dan membersamai dengan metode among.

Sementara itu, dalam modul 1.2, kita membahas nilai-nilai dan peran guru penggerak. Salah satu peran guru penggerak adalah sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Guru penggerak harus mampu menginspirasi, memotivasi, dan membimbing peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka secara optimal. Selain itu, guru penggerak juga berperan dalam membentuk karakter dan moral siswa. Pada awal pembelajaran saya harus melakukan refleksi terlebih dahulu terkait peran saya sebagai guru dan dihubungkan dengan materi modul 1.2 Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak, yaitu mengisi trapesium usia dengan penjelasannya sebagai berikut :

Peristiwa positif pada masa sekolah yang saya alami adalah  menjadi juara kelas dan juara umum berturut-turut. Sedangkan peristiwa negatif yang saya ingat adalah kaki tulang kering saya ditendang oleh guru ketika berbaris karena memakai kaos kaki berwarna biru, padahal alasanya karena kaos kaki putih saya basah.

Beberapa yang terlibat pada peristiwa tersebut adalah teman sekelas, guru, warga sekolah juga.

Pada peristiwa positif saya senang dan gembira sebenarnya ada tertekan juga karena saya merasa harus ada kewajiban menjaga gelar atau prestasi yang diraih jangan sampai turun atau tersaingi oleh rival lain. Sedangkan pada peristiwa negatif itu saya menjadi antipati dengan oknum guru tersebut, ada muak, jengkel dan sedihnya juga karena itu dilakukan di depan umum, semua memandang. Padahal saya selaku siswa berprestasi rasanya dipermalukan begitu saja. Saya sesalkan saat ini adalah boleh guru itu mungkin menegakkan disiplin, tapi setidaknya dengarkanlah terlebih dahulu alasan saya terpaksa memakai kaos kaki berwarna biru.

Momen itu tersimpan begitu dalam di memori jangka panjang karena itu adalah hal pertama yang membuat harga diri saya yang biasanya merasa dikagumi sebagai siswa yang pintar, dan kali itu saya ditendang di depan siswa lainnya, kakak kelas, adik kelas. Nama serta wajah guru itu sampai saat ini saya ingat, dibanding ingatan pada guru lainnya. Peristiwa itu mempengaruhi saya sampai sekarang adalah jangan menjatuhkan atau mempermalukan seseorang di depan umum. Menegur dengan seni tersendiri dan itu harus menggena dengan pas. Bukannya berefek buruk seperti pengalaman saya saat itu. Siswa itu kadang dia memang salah dan adakalanya tidak mau disalahkan tetapi maunya dibimbing dan dirangkul.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline