Si A datang dengan terburu-buru. Tanpa aling-aling duduk dengan tergesa dan nyosor langsung.
"Eh, tau nggak di B tu gini lho, bla, bla, bla, bla."
"Serius!"Aku berseru.
"Iya, trus, ya, gini gitu bla, bla, bla, gimana tuh menurut elu?" Aku yang terkejut dimintai pendapat.
Maka panjang lebarlah aku menyampaikan pendapatku yang seharusnya begini, begitu, dan rasanya lebih baik itu banding ini, dianya juga menanggapi lagi dengan antusias. Si A menambahkan informasi dan pandangannya juga. Maka maksimallah si B menjadi bahan ghibahan antara aku dan si A.
Waktu berlalu, tak lama di B datang dengan melabrakku. Wajahnya memerah dengan penuh amarah.Napas yang memburu ia menunjuk-nunjuk, apa yang kami bicarakan dengan di A kemarin keluar semuanya dari mulutnya, kekecewaan dan ketidaksukaannya terhadap pembicaraan kami dulu. Pemicu pertikaian sudah tersulut. Kami menjadi tidak berteguran dan bermusuhan.
Aku merenung, jadi inilah ulah si A rupanya ia mengadukan hal yang pertama ia sampaikan bahkan ucapan dari mulutnya ia sebut itu adalah ucapanku. Apa maksudnya ia begitu, dasar teman bermuka dua, pandai cari muka, ah tepatnya di pengadu domba alias namimah.
Begitulah, kadang teman hanyalah sebatasnya saja. Saling berbagi keburukan saja hobinya. Jika difoto atau untuk postingan ampun dah, seperti akrab dan bahagia sekali. Rupanya di balik itu tersembunyi rasa iri hati, dengki dan hasad dan hal buruk lainnya.
Ada sabda Rasullullah menyatakan bahwa :
"Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba."