Lihat ke Halaman Asli

Megawati Sorek

Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Ramadan untuk Bulan Prestasi

Diperbarui: 18 April 2023   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri : Koleksi Desain Megawati Sorek

Ramadan itu disebut juga bulan prestasi karena pada masa Nabi Muhammad banyak mengalami kemenangan perang. Artinya ibadah puasa tidak menghalangi seseorang untuk meningkatkan kualitas diri. Prestasi yang ingin diraih tentunya bukan hanya pada tingkat materi dunia semata. Bulan suci Ramadan pelatihan bagi hamba Allah dalam mengukir prestasi bagi dunia dan akhirat nantinya.

Ramadan bukan sekedar hanya mengubah jam jadwal makan. Lalu, latah ikut-ikutan apa yang dilakukan kebanyakan orang. Tanpa tahu esensi sebenarnya. Setelah Ramadan berlalu maka ia kembali seperti semula. Semesti Ramadan berbekas dan akan lebih baik lagi dan kita menjadi orang beruntung bukannya merugi. Lalu euforia merayakan kemenangan padahal ibadahnya masih belum optimal. Fokusnya pada pakaian baru, bergaya, kue-kue lebaran flexing, dan pernak-pernik saja.

Banyak orang yang berilmu sebenarnya cuma rasa malasnya yang diperturutkan. Padahal di dalam Ramadan itu jika kita jeli maka ada ketertiban dan disiplin yang dilakukan. Jalan kesuksesan akan sulit dicapai jika kita malas. Maka rasa malas itu harus dilawan. Bujukan setan harus kita pukul telak dengan melaksanakan ibadah maupun pekerjaan dengan maksimal.

Mencapai prestasi itu bisa saja dengan beberapa hal berikut.

Pertama kita harus memberikan image yang baik. Segala yang diperbuat sudah sesuai aturan personal branding juga jelas mengambarkan profil yang positif. Sehingga orang lain akan membuka diri dan akan mau bekerja sama dengan kita. Nama baik ini sanggat penting sebagai rekomendasi atau afirmasi pada kehidupan.

Jika citra positif sudah tercoreng, terkenal tidak jujur, tidak amanah membayar utang, licik, suka tak menepati janji tidak disiplin, besar cerita dan khianat maka dipastikan dalam segala lini kehidupan ia akan dijauhi dan kredibilitasnya akan hancur.

Kedua  adalah kita harus berusaha sekuat tenga untuk menambah wawasan dan mencari ilmu. Memang mencari ilmu itu butuh perjuangan dan berat. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, usia yang terus bertambah bukanlah suatu halangan. Kualitas diri serta potensi akan mengembangkan dengan segala daya dan upaya, mandiri sehingga menjadi manusia yang unggul. Manusia yang mampu berkarya diiringi dengan amar ma'ruf nahi mungkar.

Menegakkan disiplin ibadah, waktu, tertib, melaksanakan aturan dan istiqamah dalam hal kebaikan. Selain itu bermental baja dan pantang menyerah, tidak mengeluh dan selalu berusaha dengan hasil terbaik, mampu menyikapi perubahan sehingga ahli dibidangnya dan bermaknanya hidup di dunia serta bisa meraih akhirat. Alhamdulillah, sukses meraih prestasi.

Dalam perjalanan meraih prestasi kita bisa lihat bagaimana keunggulan Nabi besar Muhammad SAW. Beliau mampu meletakkan pondasi dasar Islam sehingga ada atau tiada sistim itu terus berjalan sampai kini. Suri tauladan masih dipakai dan pedoman bagi umat. Nabi Muhammad unggul sebagai pedagang, pemimpin, panglima perang, pemimpin politik dan sebagainya.

Lalu, kita bisa sedih melihat umat mulim karena predikat unggul masih terasa jauh. Kita belum sepenuhnya meneladani Baginda Rasullulah. Uswatun Hasanah kita tahu itu semua! Kita lihat yang non muslim memiliki etos kerja yang seperti ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW makanya mereka lebih melesat  di berbagai bidang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline