Lihat ke Halaman Asli

Mega Melody

Just the way I am

Logat Papua, Kebiasaan Saya

Diperbarui: 26 Februari 2021   00:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Lewobok (sapaan dalam bahasa suku Mooi).

Orang Papua identik dengan rambut kriting dan kulit hitam. Saya merasa bahwa saya adalah orang Papua walaupun sebenarnya saya bukan orang asli Papua (OAP). Lahir, sekolah, hingga mencari nafkah semuanya dilakukan ditanah Papua, Sorong, Papua Barat, kota yang disebut sebagai kepala burung (perhatikan peta), kota yang disebut dengan kota minyak, kota yang lumayan panas udaranya tapi nyaman. Terlebih lagi logat sehari-hari saya adalah logat Papua. Jadi, setiap pertanyaan yang ditanyakan menyangkut asal daerah, selalu saya katakan bahwa saya Papua.

Apakah kalian pernah mendengar logat Papua? Mungkin bagi yang pernah mendengarnya akan merasa bahwa intonasinya sangat kasar. Tidak seperti itu karena orang Indonesia bagian timur identik dengan intonasi bicara yang tinggi.

Saya menggunakan logat Papua karena mengikuti daerah tempat tinggal saya, lingkungan, pertemanan/hubungan sosial, dan sebagainya. Sehingga logat Papua adalah suatu kebiasaan saya, kapan dan dimana saja saya berada. Bukan hanya saya, tetapi tiap orang yang telah menetap di Sorong cukup lama, pun sama dengan saya.

Ingin tahu logat Papua seperti apa? Simak beberapa yuk. Misalnya saya bertanya "kamu mau kemana?", maka dalam logat Papua akan terbentuk menjadi "ko mo pi kemana?", "sudah makan belum?" menjadi "ko su makan?", "saya ingin pergi ke cafe" menjadi "sa mo ngopi" atau "sa mo nongki" (nongki - nongkrong), "kamu dimana?" menjadi "ko di?" atau "we, posisi?", (we - hai), "sudah sampai mana?" menjadi "ko su di?", singkat bukan? Tetapi, yang saya bagikan ini hanya sebatas penulisan, mungkin bisa ditelusuri dalam bentuk video diyoutube atau aplikasi pencarian lainnya.

Bukan hanya Papua yang mempunyai logat dengan memberikan kata-kata atau kalimat yang terdengar asing untuk orang diluar Papua, saya demikian ketika mendengar orang-orang dari luar Papua bercengkerama dan menggunakan logat daerah tempat tinggal maka saya merasa asing.

Walaupun logat Papua menjadi kebiasaan saya, tetap saya bangga menjadi salah satu dari wilayah Indonesia, karena itulah Indonesia, bhineka tunggal ika, berbeda tapi satu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline