Lihat ke Halaman Asli

Gelang Giok Mama

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gelang Giok Mama

Oleh Mega Vristian

kutulis untuk si Kecil Ken Shu

Musim dingin di Hong Kong kali ini cukup panjang. Aku terpaksa memakai baju kaos berlapis-lapis. Di apartemen tempatku berkerja, tidak dipasang mesin penghangat. Mungkin majikanku ingin menghemat listerik. Mestinya menjelang Tahun Baru China, cuaca sudah mulai sedikit hangat. Aku sendiri sibuk merapikan seisi rumah majikan. Bersih-bersih rumah, memang sudah menjadi tradisi orang-orang Hong Kong dalam menghadapi pergantian tahun China. Tahun dengan shio Ayam sekarang ini akan berganti menjadi shio Anjing. Menurut kepercayaan orang China pada umumnya, siapa yang lahir dengan shio Anjing biasanya loyal dan baik hati.

Aku sendiri tidak begitu percaya, tapi dasar manusia rasa ingin tahunya selalu muncul, kubaca juga ramalan buatku yang ber-shio naga. Akhirnya aku menjadi was-was sendiri, ketika ramalan mengatakan shio naga di tahun anjing ini akan bernasib kurang baik. Namanya juga ramalan, akan berdosa jika aku terlalu mempercayainya. Bagiku, yang terpenting pekerjaan bersih-bersih rumah ini bisa kuselesaikan dengan cepat dan syukur-syukur dapat ang pao (amplop isi duit) dari majikan dengan jumlah yang lumayan. Bagi-bagi duit juga merupakan tradisi orang China saat tahun baru. Merupakan bentuk amal, agar segala rejeki selalu mengalir ke diri kita. Begitu kepercayaan yang berkembang.
Sekarang, pukul 2 siang aku sedang membersihkan kamar majikan. Pintu kamar tidur yang berukuran 8 kali 6 meter itu, kebetulan terbuka. Fiona sedang berbaring malas sambil menonton TV di situ.

“Kamu ada di sini, Fiona? Koq nggak siap-siap berangkat kursus?,” aku menyapanya basa-basi.

“Idih. Kamu kok lupa. Seminggu sebelum tahun baru, semuanya kan libur. Tidak hanya sekolahan saja. Kursus pun juga,” jawab Fiona yang berbaju kaos bergambar Mickey Mouse, yang dibeli di Disney Land saat baru buka, tidak berlapis-lapis seperti aku. Majikanku dan anak tunggalnya, Fiona, sangat tahan dengan udara dingin. Ia masih santai tidur-tiduran dengan pandangannya tetap lurus ke TV. Ia rupanya asyik menonton filem hantu yang disiarkan stasiun Star TV HK.

“Ooo… gitu. Fiona, aku ingin bersihkan kamar ini. Kamu pindah di ruang TV sana saja.”

“Ya, udah bersihkan aja. Aku kan nggak menghalangi pekerjaanmu.” Fiona terlalu asyik bermalas-malasan di atas kasur Papa dan Mamanya.

Aku tahu betul watak Fiona, kalau sudah datang malasnya, sedikit pun tidak ingin diganggu. Lalu kumulai saja membersihkan rak buku. Beberapa buku tergeletak di meja baca kecil yang terletak di depannya. Ada buku “Da Vinci Code”, buku karangan Dan Brown dengan terjemahan bahasa Mandarin. Aku tidak paham tulisan China, tapi sebagian tulisannya menggunakan huruf Latin dengan bahasa Inggris. Majikan perempuanku memang menggemari novel karangan dunia Barat. Berbeda dengan suaminya. Hanya suka membaca koran dan buku teknik Kung Fu. Maklum majikan laki-lakiku adalah pelatih Kung Fu.

Saat kuangkat buku tebal itu, ada sebuah gelang Giok cantik di baliknya. Hiasan naga warna keemasan, melingkar dan membalut warna hijau batu giok. Warnanya berkilau. Tentunya mahal sekali. Hanya orang-orang kaya di Hong Kong yang bisa membeli gelang Giok ini. Aku sungguh heran, mengapa majikanku tidak menyimpannya rapi dalam kotak perhiasan. Aku tidak berani menyentuhnya. Takut lecet atau pun rusak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline