Lihat ke Halaman Asli

Mega UtamiImyansah

mahasiswi program studi pendidikan guru madrasah ibtidaiyah

Kisah Tragis Serta Kontroversi yang Dialami Etnis Ronghiya

Diperbarui: 1 Januari 2024   18:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SERAMBINEWS.COM/YUSMANDIN IDRISBoat diduga berisi warga etnis Rohingya di kawasan Pantai Kuala Pawon, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Kamis (16/1

Apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan Rohingya? Sebelum kita membahas secara rinci, mari kita kembali mengingat siapa sebenarnya orang Rohingya dan dari mana asal mereka. Orang Rohingya merupakan salah satu kelompok minoritas di Myanmar (sebelumnya dikenal sebagai Burma) yang tinggal di sekitar Pegunungan Arakan, di provinsi Rakhine, yang berbatasan dengan Bangladesh. Pegunungan Arakan ini memisahkan wilayah yang dihuni oleh orang-orang Rohingya dari wilayah mayoritas penduduk Burma yang menganut agama Buddha

Ada beberapa teori mengenai asal-usul mereka. Teori pertama menyatakan bahwa leluhur mereka telah tinggal di Myanmar sejak Abad ke-7. Pada tahun 1055, pedagang Arab tiba di Arakan dan memperkenalkan agama Islam kepada mereka. Ini mengarah pada berdirinya kerajaan Arakan atau Mrauk-U pada tahun 1429-1785 Pada masa itu, umat Muslim dan Buddha hidup berdampingan dengan damai. Akan tetapi, versi sejarah ini ditolak oleh pemerintah Myanmar yang menganggap bahwa orang Rohingya adalah imigran gelap yang berasal dari Bangladesh pada masa penjajahan Belanda. Sebagai akibatnya, mereka mengalami tekanan, diskriminasi, serta dihapuskan dari daftar kelompok etnis yang diakui di Burma.

Konflik antara etnis Rohingya dan pemerintah Burma telah berlangsung sejak waktu yang lama. Rezim Militer Junta Myanmar menuduh mereka melakukan tindakan separatisme. Kondisi paling tragis bagi etnis Rohingya terjadi pada tahun 2017. Menurut Medicins Sans Frontieres (MSF), dalam operasi tersebut, sekitar 10.000 Muslim Rohingya tewas akibat tindakan militer Myanmar  (sumber disini). Dengan hal ini, PBB menyatakan bahwa Militer Junta Myanmar tengah melakukan genosida atau pembersihan etnis (sumber disini

Suasana di Cox's Bazar, Bangladesh (Al-JazeeraI)

Akibat persekusi, kekerasan, dan pembantaian yang dilakukan oleh Militer Junta, warga Rohingya terpaksa mengungsi dari wilayah Arakan mereka. Militer Myanmar juga membakar kampung-kampung mereka di Arakan. Bangladesh menjadi tempat paling banyak menampung warga Rohingya yang mengungsi. Cox's Bazar, sebuah kamp pengungsian, menjadi yang terbesar dengan sekitar 1 juta pengungsi. Namun, mereka tidak dapat kembali ke rumah mereka. Menurut laporan The United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) per 31 Oktober 2023, terdapat 1.296.525 pengungsi Rohingya yang mencari perlindungan di beberapa negara. Bangladesh menjadi negara dengan jumlah pengungsi terbanyak, mencapai 967.842 orang. Diikuti oleh Malaysia (157.731), Thailand (91.339), India (78.731), dan Indonesia (882). Saat ini, jumlah pengungsi Rohingya di Indonesia mencapai hampir 2.000 orang.

Dalam beberapa tahun terakhir, situasi di Cox's Bazar telah memburuk secara signifikan. Sanitasi yang buruk, tingginya tingkat kriminalitas, serta kondisi lain yang memprihatinkan. Para pengungsi tidak diizinkan untuk bekerja dan bergantung pada bantuan hidup dari UNHCR, International Organization for Migration (IOM), serta pemerintah Bangladesh. Kehidupan yang suram ini, tanpa harapan atau masa depan yang jelas, mendorong sebagian pengungsi Rohingya untuk mengambil risiko meninggalkan tempat pengungsian demi mencari suaka di negara-negara lain.

para pencari suaka,kebanyakan perempuan dan anak-anak (foto: AFP)

Ketika puncak dari serangkaian penindasan terjadi pada tahun 2017, beberapa kapal Rohingya mendarat di Aceh. Saat itu, masyarakat Aceh menyambut kedatangan mereka. Sebelumnya, sudah ada ratusan pengungsi yang diterima. Namun, karena Indonesia bukan negara tujuan utama bagi pengungsi tersebut, mereka kemudian diarahkan ke negara-negara yang dapat memberikan perlindungan, seperti Australia. Hingga saat ini, situasinya masih terkendali. Namun, sekitar bulan November, beberapa kapal pengungsi Rohingya tiba di Aceh. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana masyarakat Aceh menyambut mereka dengan baik, kali ini, penerimaan mereka tidak sesuai harapan

penulis kelompok 3: 

1. mega utami imyansah

2. yohana dwi putri

3. deta rehulina sitepu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline