Pada kenyataannya banyak diaspora Indonesia di luar negeri tidak mendapatkan pelajaran yang cukup untuk bahasa Indonesia, sehingga pengetahuan dan kemampuan berbahasa Indonesia mereka menjadi rendah. Masyarakat yang berkategori demikian disebut dengan language heritage learner. Artinya, bagi mereka bahasa Indonesia merupakan bahasa warisan yang seharusnya mereka pelajari dan lestarikan.
Salah satu cara untuk mempelajari kembali bahasa Indonesia adalah dengan mengikuti program-program yang mendukung hal itu. Contohnya adalah mahasiswa yang mengikuti program Critical Language Scholarship (CLS) di Universitas Negeri Malang (UM). Dalam program CLS di UM ini, sering terdapat mahasiswa yang berkategori language heritage learner. Misalnya saja Nadja Bartlebaugh (21) dan Yosua Siagan (21) yang merupakan mahasiswa asal Amerika.
Alasan Nadja dan Yosua mengikuti program ini adalah untuk mempelajari bahasa dan budaya Indonesia yang merupakan warisan dari orangtuanya. Mereka memiliki darah campuran antara Indonesia dan Amerika. Oleh karena itu, mereka mendapat keyakinan bahwa budaya dan bahasa Indonesia harus dilestarikan.
"Mama Saya orang Jakarta, tapi papa Saya orang bule. Jadi saya mau belajar bahasa Indonesia" Terang Nadja. "Di rumah Saya belajar bahasa Indonesia sama mama Saya, tapi lebih sering menggunakan bahasa Inggris." Lanjutnya.
Sama halnya dengan Nadja, Yosua pun sebenarnya memiliki darah keturunan Indonesia. Akan tetapi sejak kecil ia bersama kedua orangtuanya pindah ke Amerika Serikat. Walaupun menggunakan bahasa Indonesia di rumahnya, Yosua tetap ingin mempelajari bahasa Indonesia formal. Selain itu, dalam program CLS di UM, Yosua juga ingin melestarikan budaya Indonesia dengan mengikuti kelas gamelan yang tersedia.
"Di sini saya ingin ikut kelas gamelan, karena di Amerika tidak ada opportunity buat main instrumen yang berasal dari Indonesia." Ujar Yosua, mahasiswa Universitas George Washington, Amerika. "Saya orang Indonesia asli, hanya tinggalnya saja di Amerika. Jadi Saya mau keep budaya Saya, Saya ingin mewariskan ini buat anak-anak Saya di masa depan." Lanjutnya.
Keinginan mereka untuk mempelajari bahasa dan budaya Indonesia mendapat respon positif dari orang tua masing-masing.
"Orang tua Saya sangat excited karena sudah 10 tahun Saya belum pulang kampung ke Indonesia." Ujar Yosua.
Tidak hanya Nadja dan Yosua saja, banyak mahasiswa asli Amerika yang ingin mempelajari bahasa serta budaya Indonesia. Sebanyak 23 mahasiswa Amerika yang mengikuti program ini. Tujuan mereka sama, ingin melestarikan bahasa dan budaya Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H