Beberapa waktu lalu, beranda facebook saya sedang banyak orang membagikan sebuah video kekerasan terhadap anak yang terjadi di sebuah playground salah satu mall di Jakarta.
Video yang sedang viral itu memperlihatkan seorang bapak menendang sebuah ayunan yang dinaiki seorang anak laki-laki, yang tanpa sengaja menyenggol putrinya yang masih balita hingga terpental jatuh dan menangis.
Tidak hanya video itu saja, kebetulan saya juga melihat sebuah video - sepertinya bukan di Indonesia- yang memperlihatkan baku hantam antar orangtua di sebuah playground hanya karena anak-anak mereka berebut mainan.
Anak-anak mereka menjerit histeris, namun para orang tua yang terlibat baku hantam tersebut terlihat tidak ada yang menggubris.
Sedikit sama dengan video yang sedang viral tersebut, kedua orangtua yang saling merasa benar tersebut cek cok dan terlihat kedua anak mereka juga menangis dan shock.
Sedikit mengutip kalimat Kang Maman --Notulen ILK:
" Kalau hardik, bentak dan gebuk saja sudah dipamerkan sejak dari dalam rumah, kita telah ikut melahirkan anak-anak calon pelaku kekerasan, kekerasan itu pada hakikatnya bukan unsur budaya, kalau sampai lahir budaya kekerasan, sudah semestinya mencari dan memusnahkan akarnya "
----
Sebagai orangtua yang mempunyai anak balita 3 tahun saya merasa marah, sedih sekaligus khawatir, jika saya berada di posisi mereka atau berada langsung di tempat perkara.
Oleh karena itu, tulisan saya akan sedikit beropini tentang perilaku dan sikap orang tua, ketika anak-anaknya bermain di playground, yang merupakan fasilitas umum, siapa saja bisa menggunakan dan bermain di sana.