Tindakakan copy dan paste kini semakin marak di kalangan pelajar. Kegiatan menyalin dan menempel atau biasa disebut "menjiplak" ini merupakan hal yang seharusnya dijauhkan dari para generasi muda. Jika kita berbicara tentang computer, copy - paste merupakan hal yang wajar. Namun, jika kita berbicara tentang sekolah, maka copy paste merupakan hal berbahaya yang dapat merusak para pelajar, karena yang kita bicarakan kali ini bukanlah copy - paste dalam hal teknologi tapi dalam hal pendidikan.
Mungkin kita dapat membuktikan fenomena itu dalam Ulangan Akhir Semester yang baru selesai beberapa hari lalu. Sebagaian siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata - rata atau tidak menonjol dalam prestasi dibidang akademis lebih memilih untuk menjiplak hasil pekerjaan temannya yang memiliki kemampuan lebih. Dengan mudah mereka mengandalkan temannya ketika Ulangan tanpa ada rasa menyesal atau malu sedikitpun. Dengan fasilitas yang ada, mereka memanfaatkannya semaksimal mungkin. Seperti melalui BBM (Blackberry Messenger), SMS, bluetooth yang berisi foto lembar jawaban atau melalui jejaring social lainnya. Tak jarang mereka akan berbisik langsung kepada temannya atau melemparkan kertas yang berisi pesan tanpa memiliki rasa takut terhadap guru penjaga sedikitpun. Mereka melakukan itu semua tanpa menyadari bahwa mereka sendirilah yang akan rugi kelak.
Sebagaian orang mungkin menganggap bahwa tindakan plagiat dikalangan pelajar merupakan hal yang wajar dan lumrah. Tapi ingat, jika kita tengok lebih lanjut, tak hanya plagiator yang mengalami kerugian, tapi juga korban plagiator atau siswa - siswa yang memberi contekan."Kenapa mereka memberikan jawaban? Itu kesalahan mereka sendiri!" Itulah kalimat yang sering terdengar ketika seseorang membicarakan kasus ini. Namun kita tak boleh menyalahkan siswa pemberi jawaban, karena mereka melakukan ini semua untuk menjaga hubungan pertemanan mereka. Siswa yang tak bersedia membagi jawaban mereka akan dianggap sebagai teman pelit dan lambat laun mereka akan dijauhi oleh teman - temannya.
Tak hanya itu, pada beberapa kasus, siswa pemberi contekan yang notabene adalah anak cerdas dan berprestasi kadang justru mendapat nilai rapot yang lebih rendah dibanding temannya yang merupakan plagiator jawaban. Alasannya tak lain adalah karena siswa tersebut mengerjakan soal - soal ulangan secara mandiri. Tak seperti para plagiator jawaban yang memperoleh jawaban itu dari berbagai sumber, entah itu dari buku contekan atau jawaban dari teman - temannya di berbagai kelas. Rupanya tindakan copy - paste dikalangan pelajar kini memprihatinkan, apalagi jika kita melihat Sarjana dari sebuah Universitas yang ternyata adalah Sarjana copy - paste. Apa jadinya negara kelak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H