Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Guru Muda dan Menjadi mahasiswi Kupu-kupu

Diperbarui: 16 April 2016   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya adalah mahasiswi semester 4. Selain saya menjadi mahasiswi saya juga menjadi guru bimbingan belajar. Saya menjadi guru bimbingan belajar rumahan dari semenjak saya duduk di SMP kelas 8, saya memulai jadi guru dari 3 anak tetaangga saya klas 3 dan 4 sd yang saat itu tidak naik kelas. Dan dari saya duduk di bangku SMP sampai saat ini saya menjadi mahasiswa Semester 4 anak didik saya ada kurang lebih 20 orang dari kelas 1 SD – 1 SMP.

Saya memutuskan untuk menjadi guru muda yang seharusnya saya masih harus belajar dan bergaul dengan banyak orang, karena saya ingin membantu orang tua saya dan saya ingin uang saku sekolah saya dari hasil kerja saya sendiri. Saat pertama kali saya mengajar tidak pernah mengambil bayaran (ikhlas untuk ilmu), tetapi kemudia saya dibayar 1 bulan Rp.25.000-Rp.50.000. dari situ saya berusaha dan terus berusaha bagaimana caranya saya mendapatkan banyak murid dan bagaimana saya bisa istiqomah dengan pekerjaan saya tanpa mempengaruhi kewajiban saya.

Banyak sekali dampak positif dan negatif dari pekerjaan saya , tetapi semua saya jadikan positif untuk kemajuan pekerjaan saya. Saya tidak pernah sekali aktif dalam organisasi saat ini menjadi mahasiswi, saya lebih memilih untuk bekerja disela-sela kuliah. Saya sering sekali mendapat julukan “Mahasiswi Kupu-Kupu” tanpa mereka tahu apa yang saya kerjakan dan kewajiban saya.

Tidak semua mahasiswa yang selalu pulang karena malas , tetapi mereka mempunyai pekerjaan, terutama saya. Saya kuliah dari pagi sampai sore , setelah itu dari sore sampai malam menjadi guru les. Dan tidak semua anak yang tidak mau jalan-jalan menghabiskan uang itu pelit dan tidak bersolidaritas , tapi mereka sedang berusaha mencari uang dan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk membantu orang tuanya meskipun orang tuanya termasuk orang punya.

Saya sering mendapat pertanyaan “kenapa kok mutusin jadi guru les, dan berjualan ini itu? Bukannya kamu termasuk orang mampu?”

 

“Selain saya menjadi guru les , saya juga berjualan kaos kaki , alat tulis dan kue kering di kampus dan di luar kampus . Saya bekerja itu semua untuk mencari pengalaman dan mencari uang saku tambahan. Orang tua saya selalu mengizinkan apa yang saya akan kerjakan selagi semua itu halal dan positif. Dan Alhamdulillah pekerjaan saya tidak berpengaruh buruk terhadap pendidikan saya dan lupa akan kewajiban saya” jawaban saya.

Pekerjaan yang saya lakukan membuat saya menjadi banyak teman , dan banyak sekali orang yang akhirnya sadar akan pentingnya pengalaman dan pekerjaan. Banyak juga teman saya yang saat ini belajar berbisnis untuk mendapatkan uang sedikit demi sedikit. Dan saya juga mensupport mereka agar mereka tidak pernah putus asa dan harus mencintai pekerjaannya.

“ Lakukan telebih dahulu yang menurut kamu menghasilkan, baru kemudian lakukan yang menurut kamu itu kesenangan “

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline