Dalam penelitian Muhammad Nuryatno dkk bahwa setiap perusahaan membutuhkan dana dalam membiayai operasional perusahaan. Sumber dana bisa dari dana pribadi atau pinjaman hutang dari pihak lain. Dana digunakan untuk menambah permodalan (Muhammad Nuryatno, Nazmel Nazir & Maya Rahmayanti, 2007). Pendanaan dari perusahaan bisa dari eksternal seperti pembiayaan melalui hutang dan pembiayaan melalui penjualan saham. Dari pemberian hutang dari pihak investor tentunya mengharap imbalan. Dari segi perusahaan, imbalan yang diberikan merupakan biaya yang harus dikeluarkan dalam memperoleh pendanaan yang dibutuhkan sehingga diperlukan konsep manajemen keuangan atau biaya modal (cost of capital) (Cut Nayla Febrininta, Sylvia Veronica Siregar, 2014).
Biaya modal adalah tingkat pengembalian minimum yang diharapkan oleh pemegang saham dalam investasinya. Dalam sistem keuangan biaya modal digunakan dalam 1. Discount rate digunakan dalam perhitungan nilai sekarang dari arus kas pada masa yanga akan datang atau keuntungan, 2. Sebagai tarif minimum adalah tingkat harga atau biaya terendah yang dapat diterima atau diizinkan dalam suatu transaksi, 3. Sebagai capital charge adalah biaya yang dikenakan sebagai imbalan atas penggunaan modal atau modal sendiri oleh suatu perusahaan, 4. Sebagai benchmark adalah suatu standar atau titik acuan yang digunakan untuk membandingkan atau mengukur kinerja, kualitas, atau nilai dari suatu entitas. Cost of capital sangat dipengaruhi oleh risiko (risk) dan pengembalian (return) (Lisa Linawati Utomo, 1999).
Biaya modal dihitung berdasar pada adanya sumber dana jangka panjang yang terdiri dari 4 jenis yaitu 1. Hutang jangka panjang dalah kewajiban finansial atau utang yang jatuh tempo dalam periode waktu lebih dari satu tahun. Ini mencakup pinjaman, obligasi, atau kewajiban keuangan lainnya yang harus dilunasi dalam jangka waktu yang relatif panjang, biasanya lebih dari satu tahun, 2. Saham preferen adalah bentuk kepemilikan dalam suatu perusahaan yang memberikan sejumlah keuntungan atau hak istimewa tertentu kepada pemegang saham preferen, 3. Saham biasa adalah bentuk kepemilikan dalam suatu perusahaan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk berpartisipasi dalam keuntungan perusahaan dan memiliki hak suara dalam pertemuan pemegang saham, 4. aba ditahan dapat digunakan untuk membayar utang, membiayai proyek-proyek investasi, atau digunakan untuk memperkuat posisi keuangan perusahaan. Laba ditahan juga dapat menjadi indikator keberlanjutan dan pertumbuhan perusahaan. Sebaliknya, laba tersebut diambil dan disimpan oleh perusahaan untuk digunakan dalam operasi bisnis, pengembangan, atau pengurangan utang (Agus Purwanto)
Asimetri informasi dapat menyebabkan ketidaksetaraan dalam pengambilan keputusan, dengan satu pihak mungkin mendominasi proses keputusan karena memiliki akses informasi yang lebih baik. Hal ini dapat menghambat persaingan yang sehat dan inovasi. (Emy Rosiana Swandewi Candra & Erni Ekwati). Pengurangan asimetri informasi pada perusahan besar akan berdampak pada menurunnya modal biaya (cost of capital), bahkan sebaliknya perusahaan kecil akan mengeluarkan biaya besar dalam mengeluarkan informasi kepada publik atau calon investor maupun investorsehingga mengakibatkan pengingkatan biaya ekuitasnya (Lisa Kurnia & M Yasser Arafat, 2015). Sedangkan Biaya Modal Ekuitas (Cost of Equity) adalah tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham sebagai kompensasi atas investasi modal mereka dalam suatu perusahaan. Biaya Modal Ekuitas merupakan salah satu komponen dalam perhitungan Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital/WACC), yang mencerminkan biaya total modal yang digunakan oleh perusahaan. Biaya modal ekuitas ada 3 yaitu: 1. Dividen yang diharapkan (Expected Dividends):Biaya Modal Ekuitas dapat dihitung berdasarkan dividen yang diharapkan oleh para pemegang saham. Jika perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham, biaya modal ekuitas dapat dihitung sebagai persentase dari dividen yang diharapkan, 2. Model penilaian saham (Stock Valuation Models): beberapa model penilaian saham, seperti Model Gordon (Gordon Growth Model) atau Model Dividen Diskon (Dividend Discount Model), dapat digunakan untuk menghitung Biaya Modal Ekuitas. Model-model ini mempertimbangkan dividen yang diharapkan atau tingkat pertumbuhan dividen untuk menentukan nilai sekarang dari aliran kas yang diharapkan oleh pemegang saham, 3. Model Penilaian Saham Non-Dividen (Non-Dividend Stock Valuation Models): jika perusahaan tidak membayar dividen, biaya modal ekuitas dapat dihitung dengan mempertimbangkan apresiasi harga saham yang diharapkan. Model-model seperti Capital Asset Pricing Model (CAPM) atau Arbitrage Pricing Theory (APT) dapat digunakan untuk menentukan biaya modal ekuitas dalam konteks ini. (Putu Prima Wulandari & Sari Atmini, 2012).
Pada penelitian Amrie Firmansyah dkk mengatakan bahwa dalam investasi semakin tinggi modal dari investor maka semakin tinggi pula risiko karena berpengaruh terhadap investor dan kreditur sebagai pemberi modal. Dalam perusahaan keunggulan manajer memiliki peran dalam pengelolaan dana sesuai dengan motif yang diinginkan dan manager memiliki tanggungjawab sosial terhadap pemangku kepentingan demi tercapainya transparansi dan kepercayaan para investor (Amrie Firmansyah, Aarifah Fibri Andriani, Moch. Lutfi Mahrus, Wahyudi, Febrian, Pramuji Handar Jadi, 2021).
Setiap perusahaan yang beroperasi baik skala kecil maupun skala besar membutuhkan dana dalam pengembangan bisnisnya, modal sendiri dapat diperolah melalui investasi dari pihak-pihak yang mempercayakan modalnya kepada suatu perusahaan dengan tujuan sama-sama ingin memeperoleh keuntungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H