Lihat ke Halaman Asli

Sleman Sembada Tanpa Penyakit DBD

Diperbarui: 1 Mei 2019   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Jumlah penduduk diKab. Sleman khususnya ditahun 2017 menurut Badan Pusat Statistik Kab Sleman sebanyak 1.193.512 jiwa, jumlah data pertumbuhan penduduk tersebut tertinggi di Yogyakarta, dan tentunya jumlah tersebut akan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Seiring dengan meningkatnya jumlah populasi penduduk tentunya juga semakin banyak pula permasalahan penyakit yang muncul. 

Penyakit tersebut dapat juga disebabkan oleh perilaku seseorang dan dapat juga di tularkan melalui hewan pembawa virus penyakit seperti vektor. 

Beberapa bulan terakhir ini didaerah Sleman terjadi banyak kasus tular vektor salah satunya seperti DBD atau Demam Berdarah Dengue, demam tersebut disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai tular vektor yang membawa virus dengue. 

Kasus tersebut akan meningkat seiring dengan pergantian cuaca serta semakin banyak jumlah pertumbuhan penduduk yang semakin padat maka semakin banyak juga populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga masyarakat harus tetap di himbau dan semakin peduli dengan lingkungan sekitar. 

Intensitas gigitan nyamuk Aedes aegypti sering terjadi di siang hari dan sore hari, nyamuk Aedes aegypti juga menyukai tempat yang gelap, lembab serta sering hinggap ditempat barang-barang yang sudah tidak terpakai, selain itu nyamuk tersebut juga sering menyimpan telur dibak mandi dan genangan air bersih.  

Beberapa Rumah Sakit di daerah Sleman juga banyak menerima pasien dengan gejala dan sakit demam berdarah, namun yang paling sering terjadi di usia bayi sampai anak-anak.

Awal bulan April khususnya didaerah Karangmalang, Caturtunggal, Depok, Sleman mengadakan fogging sebagai salah satu upaya dalam melakukan pengendalian tular vektor penyebab terjadinya penyakit. 

Fogging yang dilakukan oleh masyarakat Karang malang dilakukan sebanyak dua kali setiap hari jumat, pengendalian yang dilakukan secara kimaiwi tersebut dilakukan supaya tidak terdapat korban akibat DBD dan masyakarakat merasa aman dan mencegah terjadinya penularan demam berdarah dengue. 

Pemberian abate dari pihak puskesmas melalui petugas jumantik juga terus di galakkan supaya telur nyamuk didalam bak mandi tidak mengalami perkembangbiakkan. Tidak hanya itu saja, pengendalian secara mekanis terus dihimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah serta selalu waspada dan mengenali gejala awal terjadinya DBD. 

Selain itu, pengendalian secara biologi seperti memelihara ikan seperti cupang juga dapat membantu dalam mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti karena ikan tersebut efektif dan baik dalam memakan jentik nyamuk sehingga tidak terdapat peningkatan jumlah populasi nyamuk. 

Oleh karena itu, mari kita terus melakukan gerakkan 3M plus seperti menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, mengubur barang-barang yang sudah tidak terpakai untuk mengurangi kepadatan nyamuk di sekitar lingkungan rumah, dan menggunakan bubuk abate di dalam bak mandi untuk membunuh jentik nyamuk. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline