Lihat ke Halaman Asli

Cara Mengurangi Kebiasaan Merokok

Diperbarui: 4 November 2022   12:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berhenti Merokok

Menurut data Departemen Kesehatan RI (2010) melaporkan adanya hubungan kausal antara penggunaan rokok dengan terjadinya berbagai penyakit seperti kanker, penyakit jantung, penyakit sistem pernapasan, penyakit gangguan reproduksi dan kehamilan. 

Risiko berbagai penyakit tersebut disebabkan pada setiap batang rokok yang mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia toksik dan 43 bahan penyebab kanker (Depkes, RI, 2010). 

Dalam asap rokok mengandung berbagai bahan kimia antara lain nikotin, karbon monoksida, tar dan eugenol untuk rokok kretek yang merupakan salah satu sumber polusi udara.

Kebiasaan merokok berdampak pada kondisi kesehatan yang memburuk, yang mana di masa mendatang berdampak pada human capital rendah sehingga menyebabkan produktivitas rendah. 

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Saptutyningsih (2015) yang menyebutkan bahwa semakin lama merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, yang kemudian berpengaruh pada rendahnya produktivitas tenaga kerja yang berakibat rendahnya tingkat pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja.  

Berdasarkan pusat data dan informasi KEMENKES RI (2015) diperkirakan angka kematian akibat rokok di dunia pada tahun 2030 mencapai 10 juta jiwa, dimana 70% diantaranya berasal dari negara berkembang. Berdasarkan data The Tobacco Atlas (2015), 

Indonesia menempati urutan pertama dunia untuk jumlah pria perokok diatas usia 15 tahun. Berdasarkan survey dari Badan Pusat Statistik (BPS)(2015), prevalensi perokok di Indonesia tercatat (31%) dari jumlah penduduk. Dimana prevalensi perokok lelaki (60-65%), sedangkan perokok perempuan (1-2%).

Dengan permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia yang cukup kompleks ini, maka peran perawat sebagai educator di lingkungan masyarakat sangat dibutuhkan. Hal ini karena kegiatan perawat berupa promotif dan preventif lebih diutamakan daripada kuratif dan rehabilitative (KEMENKES RI 2014). 

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Almirza, dkk (2016) yang mengatakan bahwa kegiatan promotif dan preventif yang dilakukan dengan memberikan penyuluhan oleh perawat dengan berperan sebagai educator harus dilaksanakan dengan sepenuhnya. 

Penyuluhan kesehatan ini diberikan ke masyarakat di puskesmas, di rumah, ataupun di lingkungan masyarakat dengan tujuan dapat memberikan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan kepada masyarakat tentang bahaya merokok dan meningkatkan motivasi kepada pecandu rokok agar menghentikan kebiasaan merokoknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline