Lihat ke Halaman Asli

Gempa, Teguran Pencipta- Perhatikan Sesama

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13906621632094045261

Banyumas, 25 Januari 2014 Gempa itu terjadi, di Pulau Jawa. Hari ini, Allah menegurku dan mungkin juga saudara-saudaraku melalui sebuah goncangan di bumi-Nya yang bernama gempa. Mengapa ku sebut teguran? karena alhamdulillah, aku dan orang-orang yang ku kenal di wilayah gempa ini masih diberi kehidupan. Lagi-lagi aku harus bersyukur karenanya. Awalnya, saat gempa terjadi tentu yang dipikirkan olehku hanya aku dan keluarga terdekatku saja. Aku dan keluargaku langsung ke luar rumah. Rupanya tetangga-tetanggaku pun sudah berdiri cemas di luar rumah. Ku tunggu-tunggu hingga gempanya berhenti. Berhenti? Ya, do'aku dan orang-orang pasti ingin gempa terhenti. Namun, tak dapat ku pungkiri juga bahwa aku hanya manusia biasa. Aku pun tak tahu apa yang telah Allah takdirkan atas gempa ini. Apakah gempa akan berhenti ataupun akan semakin mengguncang dan memusnahkan aku dan semua yang diguncangnya. Ya, bayangan kematian pun tentu ada. Gempa akhirnya terhenti. Aku dan orang-orang terdekatku selamat, alhamdulillah. Namun kenyataannya kecemasan belum berakhir. Segera ku buka layar televisi. Daerahku memang selamat, namun bagaimana daerah lain? bagaimana teman-teman dan saudaraku di daerah lain? di mana pusat gempanya? jangan-jangan saudaraku ada yang sedang menanggung derita karena gempa yang mungkin lebih dahsyat? Aku terus saja bertanya-tanya. Sesaat setelah gempa, belum ada stasiun televisi yang menyiarkan berita gempa secara cepat. Rasa cemasku tentu belum menghilang. Pertanyaan tentang pusat gempa masih mengganjal. Tidak begitu lama ku menunggu, akhirnya ada stasiun televisi yang menayangkan berita singkat mengenai gempa yang baru saja terjadi. Ku lihat di layar televisi gempa melanda Banyumas, Cilacap, Kebumen, Jogja, dan sekitarnya.  Ya Allah, bagaimana kabar teman-temanku di sana? 6,5 skala Richter adalah kekuatan gempa yang disebut-sebutkan. Ku kira itu cukup besar. Tak ingin berlama-lama cemas, ku kirim SMS ke beberapa teman yang daerahnya terkena gempa.  Ternyata bukan aku saja yang cemas. Teman yang tidak ku kirimi sms pun ternyata ada yang mengirimi pesan menanyakan kabarku. Subhanallah, ternyata seperti inilah keadaan sesama yang saling menghawatirkan keadaan satu sama lain. Ternyata ada cinta di antara kami. Tak perlu menunggu lama, orang-orang yang ku kirimi pesan pun segera membalasnya. Alhamdulillah, mereka yang ku khawatirkan ternyata baik-baik saja. Entah mengapa dengan saling bertanya kabar seperti itu menambah rasa cintaku pada saudara-saudaraku. Lebih jauh ku berpikir. Gempa, sekecil apapun itu pasti ada hikmahnya. Meski bukan dengan wujud tindakan nyata seperti memberi bantuan materil kepada korban gempa. Ternyata, sekadar saling perhatian dan saling mendo'akan terhadap saudara yang terkena musibah pun bisa menambah rasa cinta. Tak dapat dibayangkan bagaimana luar biasanya dampak dalam kehidupan apabila ada tindakan nyata diwujudkan pada saudara-saudara yang terkena musibah lebih besar. Bumi Indonesia yang kini sedang disapa oleh Pencipta dengan berbagai bencana alam. Banjir, tanah longsor, gunung meletus, atau berbagai musibah lainnya.  Ada banyak peluang di sana untuk kita saling mendo'akan, saling meringankan beban, saling menebar cinta pada sesama.  Ada harapan untuk terwujud Indonesia yang penuh cinta sebenar-benar cinta demi meraih kebahagiaan bersama, insya Allah. Jika antar sesama sudah saling menebar cinta, lebih mudah untuk sejahtera dan bahagia bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline