Haii sobat!
Aku saranin baca artikelku sebelum ini ya, karena ini kelanjutannya....
Aku menunduk menyesal. Perasaanku bercampur aduk antara kesal, lelah dan sakit. Baru kali ini hidupku terasa sangat rumit ya Tuhan...
Kak Reza menepuk pelan bahuku, membuatku mendongak seketika. Ia menyembulkan senyum tipis. "Nan, kamu pasti bisa menyelesaikan masalah ini dengan bijak. Semangat."
"Aku cuma takut, waktu yang nggak memungkinkan, Kak," getirku menjawab.
Aku dapat melihat ekspresi Kak Reza setelah mendengar balasanku itu. Senyumnya luntur, dahinya berkerut. Mungkin ia sedikit paham dengan arti ucapanku barusan. Dan aku hanya meninggalkan Kak Reza tanpa basa-basi. Bukan berarti aku tidak sopan, melainkan ada rasa pusing hebat di kepalaku. Dan juga napasku yang terasa sesak. Ini bukan yang pertama kalinya.
Sementara Kak Reza masih mematung di dalam rooftop. Ia masih berusaha mencerna kalimat yang aku lontarkan tadi 'Aku cuma takut, waktu yang nggak akan memungkinkan'
* * *
Singkat cerita. Pada suatu hari aku telah mengerti alasan kenapa Fara marah kepadaku. Ternyata dia suka dengan Kak Reza. Oh, pantas saja.
Ya, aku tahu itu semua dari Airin, sebangku Fara yang ku temui beberapa hari lalu secara diam-diam. Yang aku heran, ternyata Fara yang justru menjelek-jelekkanku di depan orang lain. Airin bilang, Fara mengatakan bahwa aku orang yang tidak peka, munafik, tidak tahu diri, sombong, centil, dan sok. Aku percaya kepada Airin karena dia anak yang baik dan jujur.
Mana yang tidak menyakitkan?
Kali ini pun aku mendekati Fara yang di tengah keramaian kelas sedang asik membaca novel. Aku menoel-noel pipinya dan tersenyum nakal ala menggoda.