Lihat ke Halaman Asli

Meejikuuu

Pelajar gabut

Dear Sahabatku, Fara

Diperbarui: 5 Januari 2023   16:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Apakah arti dari sahabat?

Tahukah kamu rasanya memiliki sahabat? Bukankah sangat bahagia?

Lantas, tahukah kamu rasanya kehilangan sahabatmu itu karena kebencian?

Jikalau terdapat pilihan antara harus kehilangan teman atau sahabat, mungkin aku akan lebih memilih opsi pertama. Karena bagiku, seorang sahabat tentu ialah teman, tapi seorang teman belum tentu sahabat. Teman sangatlah mudah untuk dicari, sementara sahabat sangat sulit dan butuh kepercayaan yang pasti. Terkadang, muncul teman yang mengaku sahabat justru malah berkhianat.

Ini terjadi padaku---Nanda.

 * * *


Aku bertempat tinggal di sebuah komplek perumahan yang elite. Sangatlah bersyukur keluargaku berkategori sukses, karena kedua orang tuaku bekerja di kantor perusahaan yang megah. Dan aku terkenal memiliki banyak teman bukan karena uang bapakku, melainkan karena ketulusan hatiku. Tetapi di antara banyaknya temanku, hanya seorang saja yang sangat aku percayai sebagai sahabat.

Dia---Fara. Sahabat sejatiku seperjalanan sejak masa kecil. Rumahnya bersampingan dengan rumahku. Dia sosok yang selalu ada di saat suka maupun duka. Datangnya dia selalu membawa sejuta keceriaan. Itulah yang membuatku nyaman.

Namun sekarang dimanakah Fara?

Aku merindukanmu yang dulu. Fara yang selalu menghiburku, bukan Fara yang kini selalu menorehkan luka di atas batinku.... Karena aku sudah cukup terluka dengan penyakit parah yang sengaja kusembunyikan.

Sebuah kisah itu, berawal kala dua pasang kaki berjalan ria menyusuri luasnya gedung SMA Garuda. Sebuah sekolah terfavorit. Dan dua pasang kaki itu adalah milik dua orang gadis dengan seragam putih biru corak anak SMP yang tidak lain adalah aku dan Fara. Setelah tiga hari pelaksanaan MOS, akhirnya jatuh pula tempo awal pelajaran bagi seluruh murid kelas sepuluh baru.

Aku dan Fara bercanda ria, berangkulan, bergandengan tangan, layaknya saudara kembar yang mampu membuat seluruh mata memandang iri. Hangatnya kebersamaan kami, membuatku lunglai. Sehingga tanpa sengaja bahu kecilku menabrak sesuatu yang keras namun bukanlah batu, melainkan dada bidang seorang siswa berseragam sama-sama khas SMA tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline