Lihat ke Halaman Asli

Merilis Ide dengan Patokan Kebenaran Suci (Metanarasi)

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Satu teknik merilis ide (dan menulis) yang tidak pernah (ingin) kukuasai ialah memulai dengan metanarasi. Yakni atau merilis ide (atau menulis) yang dimulai dengan sebuah "patokan kebenaran suci" yang tidak bisa dibantah. Lantas, segala argumentasi yang diungkap dalam (ide) tulisan tersebut akan dihadapkan (dibenturkan) pada metanarasi tersebut. Tentu saja, argumentasi yang kontra akan hancur-lebur berhadapan dengan si metanarasi agung.

Dan kemudian, ruang diskusi di situ hanyalah ilusi...

Bukan maksudku, mendiskreditkan cara menulis (dan cara berpikir) yang berpatok kuat pada metanarasi. Hanya rasanya tidak fair (bagiku) merilis (tulisan atau ide) kepada khalayak yang miliki beraneka rupa level gagasan, tanpa memberi kesempatan kepada pembaca (atau audien) untuk "menyerang balik".

Rasanya, di jaman yang komunikasi interaktif sekarang, tidaklah efektif lagi, merilis doktrin tentang segala sesuatu yang kaku-baku, kedap-kesalahan, dan terjabar-total sebagai satu-satunya kebenaran sakral.

Tradisi diskusi (termasuk menulis) mungkin saja tampak hidup, di banyak kalangan dan kelompok (akademis, politis dan sebagian kelompok agama yang nampak progresif). Berbagai risalah, jurnal telah bertumpuk diterbitkan. TAPI..., tradisi menulis yang diawali dan diakhiri dengan metanarasi sebenarnya telah membunuh penulis. Penulis telah diubah menjadi "juru tulis". Dalam dirinya penulis tidak lagi memiliki "nafsu, temperamen, perasaan, maupun impresi". Hanya kamus raksasa metanarasi yang menjadi sumber kegiatan menulisnya yang tidak pernah berhenti.

Nah.., bahkan jika kebenaran menjadi tirani, dia tetap tirani...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline