Lihat ke Halaman Asli

Medio Podcast Network

TERVERIFIKASI

Medio by KG Media

Menulis sebagai Ekspresi Keresahan, Kreativitas, dan Kritik

Diperbarui: 19 Juli 2022   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menulis (Freepik_Rawpixel)

Oleh: Fauzi Ramadhan & Brigitta Valencia Bellion 

DALAM sejarah perpolitikan Indonesia, negara ini mengalami banyak dinamika. Di masa-masa tersebut banyak sekali guncangan politik yang melibatkan banyak golongan, baik militer, masyarakat, maupun golongan intelektual seperti mahasiswa. 

Setiap era memiliki pemimpin dan gayanya sendiri. Akan tetapi, yang paling dekat dengan masa modern ini adalah perpindahan dari Orde Baru menuju Reformasi pada 24 tahun lalu. 

Era pasca-Soeharto ini adalah masa ketika sekat-sekat perpolitikan yang militeristik dan represif di Orde Baru mulai dihapus. 

Kemudian, ia digantikan oleh napas baru demokrasi yang berlandaskan Pancasila. 

Menurut Muhammad Umar Syadat Hasibuan dalam buku Revolusi Politik Kaum Muda (2008), reformasi lahir setelah negara Indonesia mengalami krisis yang melanda berbagai aspek, mulai dari ekonomi, politik, hukum, kepercayaan, hingga kebutuhan pokok. 

Krisis-krisis ini hadir di penghujung era Orde Baru sehingga terjadi gerakan masif yang berusaha untuk melengserkan kepemimpinan militeristik Soeharto. 

Metode gerakan yang digunakan sangatlah beragam, tidak hanya turun ke jalan, tetapi juga kritik sosial lewat tulisan, sastra, dan seni. 

Sebut saja Wiji Thukul, Nezar Patria, dan Puthut EA sebagai tokoh-tokoh pelopor gerakan kritik melalui tulisan, sastra, dan seni. 

Kini, di era modern, dinamika politik kian berkembang. Ruang-ruang demokrasi telah hadir bagi seluruh masyarakat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline