Lihat ke Halaman Asli

Medio Podcast Network

TERVERIFIKASI

Medio by KG Media

Bahaya Toxic Positivity yang Harus Kamu Hindari

Diperbarui: 1 Mei 2022   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap manusia memiliki beragam emosi (DOK. FREEPIK/Rawpixel)

Oleh: Alifia Riski Monika dan Ikko Annata

Pernah dengar istilah toxic positivity? Istilah ini populer karena kalimat positif yang dilontarkan seseorang, justru berbarengan dengan dampak emosi negatif yang ditimbulkan. Sehingga hal ini menjadi 'racun' bagi mereka yang menerimanya. 

Apa sebenarnya toxic positivity

Melansir medicalnewstoday.com, toxic positivity merupakan obsesi pemikiran positif atau keyakinan bahwa orang harus memberikan pandangan yang positif pada semua pengalaman, meski pengalaman tersebut sangat tragis. 

Toxic positivity dapat membungkam emosi negatif, merendahkan kesedihan, dan membuat orang merasa tertekan dengan berpura-pura bahagia. 

Toxic positivity bisa terjadi pada hubungan asmara, keluarga, bahkan dalam lingkup pertemanan. Nana (nama samaran) juga mengalami pengalaman tidak mengenakkan karena mendapat toxic positivity dari orang terdekat. 

Kisahnya mendapat saran dari Psikolog Novita Tandry yang bisa didengarkan lewat siniar Anyaman Jiwa bertajuk "Memiliki Teman yang Toxic Positivity".

Ungkapan positif sebagai penyemangat, sejatinya hal yang baik, namun bisa jadi racun yang justru merusak bila tidak disampaikan dengan bijak. Suatu kalimat positif bisa disebut toxic, jika kata-kata tersebut menyederhanakan, menyepelekan, dan mengecilkan emosi atau masalah yang dialami seseorang seakan-akan pemikiran negatif tidak boleh dirasakan. 

Lalu apa saja bahaya yang terjadi ketika kita mendapat toxic positivity? 

Mengabaikan Rasa Sakit yang Nyata 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline