Lihat ke Halaman Asli

Aku Ingin Melerai Takdir

Diperbarui: 6 Februari 2020   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku Ingin Melerai Takdir 

Aku ingin melerai takdir. Ingin membujuk para malaikat. Ingin merayu Tuhan. Mengalpakan catatan-Nya sejenak, menutup mata kepada lembar lusuh yang telah lalu.

Aku ingin bicara kepada-Nya, merajuk agar kita kembali dipertemukan. Hingga saatnya engkau berdiri di sana, akan kularung bejana-bejana berisi kerinduan. Pada sungai-sungai kecil yang bermuara di hatimu. Juga baki-baki penuh renjana, tak luput tersaji pada singgasanamu.

Tapi, jika takdir tetap tak berpihak. Langit masih bermuram kepadaku, angin barat masih menusuk ulu hati. Sementara benih-benih Amarilis yang kusemai tak bersedia tumbuh, aku akan luruh. Mungkin benar, takdir sekukuh itu, tak akan pernah bisa aku rayu. Maka bagi kita, berpisah adalah ketetapan, keharusan, untuk selamanya. Aku ... rela. (*)

06-02-2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline